goodmoneyID – Pertumbuhan ekonomi yang melambat mendapat perhatian serius dari para ekonom dan pelaku bisnis. Apalagi di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian. Seperti tercermin dalam Live Talk Show Kongkow Bisnis membahas “Alarm Perlambatan Konsumsi” di Hotel Millenium, Jakarta, (20/11).
Acara itu antara lain dihadiri oleh Roy Mandey, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia; Ali Subroto, Ketua Umum Asosiasi Perangkat Telematika Indonesia; Faisal Basri, Ekonom Senior Indef; Bob Azam, Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia; dan Thomas Darmawan, Ketua Komite Tetap Industri Pengolahan Makanan dan Protein Kadin Indonesia.
Thomas Darmawan mengatakan, jika dilihat pertumbuhan makanan dan minuman dari AC Nielsen minggu lalu tidak begitu banyak pengaruhnya. “Mau demo, pemilu, resesi, makanan selalu dibutuhka. Walaupun pertumbuhan tahun 2018 sama 2019 sama, namun sangat berbeda ini dari cara belanjanya yah, sekarang ada switching,” kata Thomas.
Sementara Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) mengatakan, konsumsi dan daya beli masyarakat saat ini mengalami perlambatan. Hal ini terjadi karena turunnya pendapatan masyarakat kelas menengah sehingga melemahkan daya beli.
Ketua Gapmmi Adhi Lukman mengatakan, sebagian masyarakat Indonesia masih menggantungkan pekerjaan dan pendapatannya pada sektor komoditas mentah. “Dengan harga komoditas yang melemah saat ini, maka ikut berdampak pada turunnya pendapatan masyarakat sehingga penjualan ritel dalam negeri terus mengalami perlambatan,”kata Adhi Lukman.
Hasil survey konsumen Bank Indonesia menunjukkan bahwa porsi pendapatan konsumen yang dialokasikan untuk belanja cenderung menurun seiring dengan kenaikan ekspektasi harga dalam beberapa bulan ke depan.
Rilis data survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) bulan September tumbuh terendah sejak Juli. Penjualan ritel bulan September tumbuh 0,7% year on year. Laju ini melambat dibanding bulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 1,1 %. Pertumbuhan ini merupakan yang terlambat sejak Juli dan meleset dari perkiraan BI sebelumnya yang memprediksi penjualan naik 2,1% pada September.
Sekadar informasi, komponen pembentuk PDB ( produk domestik bruto) Indonesia terbesar adalah konsumsi rumah tangga. sedangkan konsumsi ini mengalami pelambatan sehingga menyeret pada turunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saat ini konsumsi rumah tangga menyumbang 56,52% dari pembentukan PDB Indonesia dimana pada kuartal III-2019 hanya tumbuh 5,01%.