![]()
Sekretaris Kementerian Koordinator (Sesmenko) Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksana Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Susiwijono Moegiarso bersama Plt. Sekretaris Jenderal Dewan Nasional KEK, Rizal Edwin Manansang melakukan konferensi pers di kantor Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Jakarta, Selasa (9/9/25).
Konferensi pers tersebut dilakukan untuk memaparkan capaian kinerja, arah kebijakan, dan rencana strategis pengembangan KEK sebagai pusat pertumbuhan ekonomi nasional. Hingga 30 Juni 2025, terdapat 25 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang tersebar di berbagai daerah dengan fokus sektor industri, manufaktur, digital, pariwisata dan kesehatan, serta jasa lainnya seperti Maintenance Repair Overhaul (MRO).
Secara kumulatif, total realisasi investasi di KEK telah mencapai Rp294,4 triliun, dengan tambahan investasi Rp40,48 triliun sepanjang semester I 2025, didominasi oleh KEK sektor industri pengolahan dan manufaktur seperti KEK Gresik, Galang Batang, Kendal, Tanjung Sauh, dan Sei Mangkei.
Pada periode yang sama, KEK berhasil menyerap 28.094 tenaga kerja atau 56,4% dari target tahun ini, menambah total penyerapan tenaga kerja menjadi 187.376 orang dengan 442 pelaku usaha, didominasi oleh KEK Gresik, Industropolis Batang, Kendal, Nongsa, dan Mandalika.
Dari sisi perdagangan, beberapa KEK seperti Sei Mangkei, Palu, Bitung, Arun Lhokseumawe, Galang Batang, Kendal, dan Gresik turut memperkuat daya saing ekspor dengan kontribusi sebesar Rp20,33 triliun hingga pertengahan 2025.
Sejumlah KEK di Indonesia membuktikan bahwa kebijakan hilirisasi dan pengembangan KEK berhasil menarik investasi global, memperkuat ekspor, serta membuka peluang besar bagi tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di berbagai daerah.
Di KEK Gresik, PT Freeport Indonesia meresmikan pabrik smelter terbesar di dunia. Fasilitas ini tidak hanya memperkuat industri tembaga nasional, tetapi juga menghasilkan emas hingga 52 ton per tahun dari hasil pengolahan 6.000 ton lumpur anoda.
Sementara itu, KEK Kendal resmi menghadirkan pabrik anoda baterai dengan kapasitas 80.000 ton per tahun, setara untuk mendukung 1,5 juta mobil listrik (EV). Produk strategis ini akan diekspor ke Amerika, memperkokoh posisi Indonesia dalam rantai pasok global kendaraan listrik.
Di sektor hilirisasi kelapa sawit, KEK Sei Mangkei memperkuat perannya dengan investasi sebesar Rp6,5 triliun oleh PT Unilever Oleochemical Indonesia. Pada tahun 2024, ekspor dari kawasan ini mencapai Rp2,7 triliun, dan diperkuat dengan ekspansi proyek KernelMax yang akan menyerap tambahan investasi USD20 juta.
Untuk sektor pendidikan, KEK Singhasari telah memulai perkuliahan di kampus King’s College London (KCL) dengan target 5 program studi dan 750 mahasiswa hingga 2030. Tak hanya itu, Queen Mary University of London (QMUL) akan mulai beroperasi pada September 2026 dengan target 6.000 mahasiswa, dan melalui kerja sama dengan Russell Group, ditargetkan total 10.000 mahasiswa akan berkuliah di kawasan ini.
Di bidang ekonomi digital, KEK Nongsa berhasil menarik investasi senilai Rp5,8 triliun dari perusahaan data center global, di antaranya GDS (Tiongkok), Gaw Capital (Hong Kong), Princeton Digital Group (Singapura), dan BWDigital Infra Indonesia (Selandia Baru).
Sektor mineral pun mencatat capaian luar biasa, dengan KEK Galang Batang yang telah mengekspor 2 juta ton Smelter Grade Alumina (SGA) per tahun. Kapasitas ini sedang ditingkatkan menjadi 4 juta ton per tahun, memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen alumina dunia.
Selain itu, kerja sama internasional juga terus berkembang. Melalui skema Two Countries Twin Parks (TCTP) Indonesia–Tiongkok, KEK Industropolis Batang direncanakan akan menyerap investasi sebesar USD3,6 miliar atau setara Rp59,3 triliun.
Di bidang kesehatan, KEK Sanur menghadirkan layanan unggulan melalui hadirnya Bali International Hospital (BIH) dan sejumlah klinik dengan realisasi investasi Rp4,42 triliun. Kehadiran kawasan ini diproyeksikan menghemat devisa hingga Rp86 triliun dari layanan kesehatan masyarakat yang sebelumnya banyak dilakukan di luar negeri.
Capaian-capaian ini menegaskan bahwa KEK tidak hanya menjadi pusat investasi dan hilirisasi, tetapi juga instrumen strategis Indonesia untuk memperkuat daya saing global dan membawa dampak nyata bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Selain capaian investasi, konferensi pers ini menyoroti faktor-faktor keberhasilan pengembangan KEK dalam mendukung tercapainya target-target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2025–2029 dan visi Indonesia Emas 2045.
“Salah satu prioritas nasional kita adalah melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Sejalan dengan RPJMN tersebut, ke depan KEK akan terus kita kembangkan, salah satunya dengan mendorong ekspor sekaligus memperkuat substitusi impor,” ujar
Sesmenko Susiwijono.
Upaya ini diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, riset, dan inovasi teknologi untuk menciptakan daya saing jangka panjang. KEK juga diposisikan sebagai simpul strategis nasional dan internasional dengan konektivitas yang terintegrasi dan promosi investasi global untuk memperkuat branding KEK Indonesia sebagai destinasi investasi unggulan dunia.
Sesmenko Susiwijono menyampaikan pentingnya keberadaan KEK dalam mendukung visi pembangunan nasional, “Sesuai dengan tujuan utama kita, KEK akan mendorong penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi baru yang inklusif, khususnya di luar Jawa”.
Saat ini terdapat enam KEK yang tengah menunggu penetapan Peraturan Pemerintah, salah satunya adalah KEK Industri Halal Sidoarjo di Jawa Timur. “KEK Halal Sidoarjo akan menjadi bagian halal value chain di dunia yang potensinya sangat besar sekali untuk melibatkan Indonesia di dalam rantai pasok industri halal,” tutup Sesmenko.