goodmoneyID – Di era modern dan digitalisasi seperti saat ini, masih banyak realisasi dana Desa yang hanya digunakan untuk pembangunan fisik, seperti gapura, aspal jalan, membangun jembatan dan lain lain. Padahal dana Desa seharusnya bisa diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat bahkan mampu membuka usaha baru yang bisa menyerap lapangan pekerjaan kepada para pemuda di desa masing masing.
Asmeldi Firman menyebutkan mengapa dana desa masih terserap untuk bangunan fisik, salah satu alasannya yakni bangunan fisik lebih kelihatan nyata, kedua SDM (Sumber daya manusia) di desa memang belum sepenuhnya terlatih.
“Memang yang paling gampang dan kelihatan itu bangunan fisik. Dan ini kan baru 5 tahun, roadmap nya pertama kebutuhan dasar, lalu rencana keduanya baru produktivitas. Jadi memang itu dulu yang paling mudah untuk dilakukan dan terlihat,” ujar Asmeldi Firman, saat webinar Program Desa Andalan bersama, PT SuperKey Andalan Indonesia bertajuk “Menjadikan Desa Semakin Berkilau”, Minggu (1/6).
Lanjut Asmeldi, jika bicara soal pembangunan ekonomi dan lapangan kerja, itu masalahnya di sdm, dikatakan olehnya “apakah sudah ada sdm di desa yang sudah terlatih misalnya sarjana mau tidak dia mengabdi didesa, nah itu kan daya tarik desanya belum ada,” ungkap Asmeldi.
Keterbatasan SDM itu yang akhirnya menyebabkan penyerapan dana desa masih sebatas pembangunan fisik.
“Mudah- Mudahan infrastruktur sudah terbangun.. benerin dulu infra., nanti mobilisasi dan pengangkutan mudah, kedepan lebih banyak lsm yg bersedia membantu.
Sementara itu di kesempatan yang berbeda, Pelaku pengembangan Desa Ponggok, Yanni Setiadiningrat mengatakan, bangunan fisik memang kentara, namun bangunan hanya bisa bertahan beberapa tahun saja, tidak sustain. Oleh karena itu, Yanni mewanti wanti, sekarang kita harus segera waspada sebab dana desa sifatnya tidak abadi, kapan saja bisa berhenti. Sebab itu, sudah saatnya memfokuskan dana desa untuk pemberdayaan masyarakat.
“Salah satunya untuk kegiatan pelatihan dan pendayagunaan SDM supaya lebih unggul, kan masalah utamanya disini. Buatlah pelatihan UMKM kreatif, apa saja produknya masyarakat di desa, lalu pelatihan keahlian, pelatihan karang taruna gituloh,” tegas Yanni.
Yanni mencontohkan keberhasilan Desa Pongok yang mampu memanfaatkan dana Desa untuk kegiatan produktif, yang hasilnya bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat sekitar.
“Jangan takut menggunakan dan adesa, dengan catatan, belanjalah untuk peningkatan sdm, untuk kesejahteraan lansia dan lain lain. Banyak banget ini sebetulnya potensi realisasinya bukan cuma bangunan saja,” imbuh Yanni.
Jika SDM sudah terlatih, maka manfaatkanlah teknologi digital. Sebab di zaman sekarang kita tidak bisa terlepas dari namanya teknologi apalagi saat pandemi, peran teknologi sangat dibutuhkan sekali. Yanni dalam pengalamannya menyampaikan, paling awal buatlah aliran internet di desa seperti wifi, supaya sinyal bisa lancar. Setelah itu bekali aparatur desa dengan smartphone untuk mempromosikan desanya masing masing.
“Semua perangkat desa rt/ rw semua kami fasilitasi investasi android dan wifi. Tujuannya untuk memasarkan produk – produk unggulan di media sosial, nah inilah hebatnya digitalisasi,” tutup Yanni.