goodmoneyID – Ketua Umum Aprindo (Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia), Roy Nicholas Mande, sebut langkah pemerintah yang ingin membuat kebijakan cukai baru yakni, plastik, minuman kadar gula tinggi, dan juga cukai asap knalpot, supaya ditunda dan dikaji lagi.
“Kebijakan yang lagi digarap dan bakal dirilis ini, saya harap bisa ditunda dulu, pikirkan dulu lah, tinjau kembali. Misal cukai plastik, memang betul sampah plastik perlu dikurangi Tapi apakah sudah sesuai dengan situasi saat ini,” kata Roy, di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (11/3).
Lanjut Roy, di satu sisi pemerintah ingin pertumbuhan ekonomi lewat pajak namun justru elemen nomor satu terhadap kontribusi PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia yakni konsumsi masyarakat malah ditekan.
“Sebetulnya konsumsi harus dijaga bukan malah dikasih cukai-cukai, apalagi sekarang turunkan akibat Corona, sekarang masyarakat semangat belanjanya jadi kurang, tapi empati pemerintah justru ke cukai, kan kurang tepat,” terang Roy.
Kini tidak bisa dipungkiri China sudah turun 1 persen PDB nya, dari 6 persen menjadi 5 persen. Secara langsung kata Roy menyebabkan PDB Indonesia turun sebanyak 0,3 persen.
“Mereka turun 1 persen tanpa kita hitung konsumsi, investasi, ekpor dan impor Indonesia sudah pasti akan turun 0,3,” katanya.
Roy menyarankan supaya pemerintah lebih empati terkait bagaimana harmonisasi atau relaksasi terhadap berbagai macam aturan atau regulasi, seperti tarif insentifitas pajak dan bea bea cukai di Pemerintah Pusat. Serta tarif retribusi di lingkungan Pemda (Pemerintah Daerah).
“Saya kira presiden sudah bagus, hanya tinggal bagaimana koordinasi antara Pemda dan Pusat. Dan keseimbangan antar kementerian dan lembaga yang menjalankan roda ekonomi. Misal yang berkaitan dengan tarif retribusi atau cukai. Tarif retribusi kan Pemda. Tarif cukai itukan pemerintah pusat dan juga pajak,” pungkas Roy.