Beralih Ke Online, UMKM Bu Rury Mampu Beradaptasi di Tengah Pendemi, Begini Kisahnya

Loading

goodmoneyID – Sebelum pandemi COVID-19 melanda, Rury Ruhyati (36), pemilik kios “Ratu Boboko” di foodcourt Plaza Kuningan, Jakarta Selatan mampu mendapatkan omzet hingga puluhan juta rupiah dalam sehari. Akibat pandemi, omzet Rury menurun drastis hingga 80 persen dan bahkan ia tidak dapat berjualan di tempat biasanya.

 “Tabungan saya sudah habis untuk menutup kebutuhan sehari-hari, rasanya sudah tidak ada semangat. Saya merasa ini adalah masa tersulit untuk usaha saya. Alhamdulillah, suami saya kerja kantoran dan masih aman (untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari),” ungkap Rury, di Jakarta, Jumat (27/11).

Karena kesulitan tersebut, Rury harus memutar otak agar dapat mempertahankan usaha dan 4 orang karyawannya. “Saya tidak mau bisnis ini tutup dan melepas karyawan yang sejak 2017 sudah loyal pada kami,” tambahnya.

Agar bisa menutupi kebutuhan harian dan menggaji karyawannya, Rury akhirnya melakukan business pivot dengan mengubah strategi berjualan: dari offline menjadi online, mengubah produk ‘makanan matang’ menjadi ‘makanan siap masak’, dan berjualan bahan pangan beku yang menarik untuk para ibu rumah tangga.

“Saya sadar bahwa saat ini banyak ibu rumah tangga yang kesulitan untuk ke pasar, karenanya saya coba memberikan solusi dengan sajian makanan siap masak yang bisa dikirim ke rumah.” imbunya.

Selain berinovasi, Rury juga menjadikan pendapatan dari pelanggan tetap katering hariannya untuk memutar roda usaha. Pelanggan tetap katering Rury adalah para karyawan yang berdomisili di sekitar lokasi kantin miliknya.

Lumayan, untuk menutup biaya gaji 4 karyawan. Kami juga sangat terbantu dengan OVO yang ikut mendukung merchant seperti saya agar bisa melakukan promosi khususnya di sosial media dan banyak hal lainnya,” ujar Rury.

Sejak memulai usahanya tiga tahun lalu, Rury sudah menggunakan jasa keuangan milik OVO. Usahanya termasuk salah satu merchant mitra awal OVO. Hingga kini, Rury masih setia menggunakan layanan OVO dalam berusaha.

Wanita ini mengaku, layanan OVO sangat membantunya terutama dalam penerapan sistem transaksi nontunai kepada pelanggan melalui fitur Scan QR from Gallery yang dimiliki OVO.

“Memang masih ada tantangannya karena kadang saya harus mengajarkan bagaimana cara memakainya kepada pelanggan.” terangnya.

Rury merasakan cukup banyak manfaat dari status usahanya sebagai mitra OVO, terutama di masa pandemi ini. Salah satunya, dia merasa sangat terbantu untuk menghindari sentuhan fisik saat bertransaksi dengan pembeli.

“Sejujurnya, saya takut untuk menerima uang tunai saat pandemi begini. Dengan pemakaian OVO dan QRIS, jadi ada solusi agar tidak terima pembayaran uang tunai lagi. Terlebih banyak promo untuk pembeli dan sistem OVO begitu simpel untuk terima pembayaran, lebih mudah,” imbuhnya.

Karena penggunaan OVO, Rury juga merasa terbantu lantaran tak perlu lagi repot-repot menukarkan uang ke bank. Karena sistem cashless, wanita ini bisa langsung membelanjakan atau mentransfer pendapatannya dari dompet digital OVO ke rekening tabungannya.

Dalam kesempatan yang berbeda, Harumi Supit, Head of Corporate Communications OVO mengatakan bahwa di tengah kondisi yang menyulitkan ini OVO percaya bahwa konsumen dan merchant juga ikut terdampak dengan adanya pandemi global.

“Sejak beberapa bulan lalu, OVO telah banyak membantu usaha pemerintah Indonesia dalam memerangi pandemi COVID-19, salah satunya dengan meluncurkan fitur inovatif untuk memindai QRIS,” ujarnya.

Saat ini jumlah UMKM rekanan OVO mengalami peningkatan yang cukup besar dengan pertumbuhan sekitar 30% di kuartal ketiga 2020 menjadi lebih dari 700.,000 UMKM, membuktikan bukti besarnya manfaat digitalisasi yang dirasakan UMKM dengan bergabung di OVO sebagai salah satu ekosistem digital terbesar di Indonesia.

Hal ini tentunya sejalan dengan tujuan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia serta transformasi digital di sektor UMKM.