goodmoneyID – Membentuk bisnis startup bukanlah sesuatu yang bisa dikerjakan sendiri. Selain adanya tim di dalam yang saling mendukung dan bekerja secara profesional, sebuah startup juga membutuhkan pihak eksternal untuk pendanaan maupun membantu akselerasi usaha mereka. Saat ini sudah banyak akselerator startup, dan salah satunya yang terkenal adalah Y Combinator.
Y Combinator atau YC adalah akselerator startup yang sudah melahirkan banyak perusahaan ternama lewat programnya, di antaranya: Airbnb, Dropbox, Instacart, dan Twitch. Tujuan dari YC adalah membantu perusahaan startup berkembang dengan baik melalui program inkubasi selama 3 bulan.
Ada beberapa startup asal Indonesia yang sudah berhasil masuk sebagai peserta akselerasi YC, termasuk Titipku. Titipku adalah startup ke-11 dari Indonesia yang menjadi peserta YC pada batch S21 atau Summer 2021.
Titipku berhasil masuk dalam program setelah melewati dua tahapan seleksi. Tahapan pertama adalah administrasi, di mana Titipku mengisi data perusahaan di sebuah form. Lalu tahapan kedua adalah proses interview untuk mengenal dengan lebih baik tentang usaha yang sedang dikembangkan.
Waktu itu, saya dan founder Titipku, Ong Tek Tjan, menjalani proses wawancara pukul 12 malam karena mengikuti zona waktu di Amerika. Hasil pengumumannya pun dikabarkan sekitar 6 hingga 7 jam setelah wawancara, dengan dua kemungkinan: (1) Jika tim YC menghubungi via email, maka Titipku tidak lolos program YC, atau; (2) Jika tim YC menghubungi via telepon, maka Titipku lolos program YC. Sekitar pukul 07.00 WIB, saya mendapat telepon dari YC yang mengumumkan bahwa Titipku lolos.
Dalam menjalani dua tahap seleksi ini tentunya tidak mudah. Pasalnya, ada sekitar 17.000 startup di seluruh dunia yang sama-sama mendaftar bersama Titipku di batch Summer 2021. Sementara, startup yang lolos hanya sekitar 400 startup. Artinya, hanya 2,3% dari total startup yang terpilih masuk ke dalam program YC.
Lolosnya Titipku ke program YC adalah sebuah mukjizat. Pertama, Titipku lolos program YC pada percobaan pertama. Sementara, saya banyak mendengar teman-teman startup lain harus mencoba lima hingga enam kali sampai akhirnya bisa lolos. Kedua, Proses pendaftaran YC yang diikuti Titipku dilakukan secara daring mengingat situasi pandemi COVID-19, sehingga cost pendaftaran program ini jauh lebih murah dibandingkan program sebelum pandemi di mana calon peserta harus berangkat ke Amerika untuk proses pendaftaran dan membiayai akomodasinya sendiri.
Setelah lolos, saya menjalani dinamika program yang kurang lebih terbagi menjadi empat jenis. Jenis pertama adalah sesi yang diikuti oleh seluruh 400 startup yang berhasil lolos. Sesi ini biasanya dilaksanakan sekali atau dua kali dalam sebulan. Jenis kedua adalah sesi kelompok besar di mana dari 400 startup yang lolos dibagi menjadi 4 kelompok. Sesi ketiga adalah sesi kelompok kecil yang anggotanya berasal dari kelompok besar yang kembali lagi dibagi sesuai regional. Titipku dari Indonesia bergabung dengan peserta dari Singapura, Malaysia, hingga India waktu itu. Terakhir, jenis sesi keempat adalah sesi personal di mana Titipku akan berdiskusi langsung dengan partner YC.
Keempat sesi ini hampir dilaksanakan tiap hari dari Senin hingga Jumat dan waktunya mengikuti waktu Amerika. Artinya, peserta perlu menyediakan waktu selama hari kerja pada jam 11 malam hingga jam 2/3 dini hari untuk mengikuti program akselerasi dari YC. Meski secara waktu cukup berat, namun percayalah bahwa banyak pelajaran dan hal menarik yang bisa didapat dari program ini.
Bicara tentang keuntungan, tentu stempel sebagai alumni YC membuat Titipku lebih dipercaya oleh orang luar, termasuk investor. Selain itu, di penutup program ada Demo Day. Demo Day adalah acara di mana seluruh peserta juga berkesempatan mempresentasikan perusahaannya kepada sekitar 2000 calon investor. Berkat acara ini, banyak investor yang kemudian tertarik untuk berinvestasi di Titipku. Keuntungan lainnya adalah banyak alumni YC di batch sebelumnya yang kemudian memberi sponsor berupa voucher atau kredit kepada seluruh peserta.
Selain keuntungan yang saya sebut di atas, ada juga pelajaran yang Titipku terima. Pelajaran itu sangat simpel, yakni “stay alive and stay sane”. YC mengharapkan seluruh startup yang masuk ke program YC bisa terus bertahan dan tidak mati. Selain itu, mereka juga berharap bahwa perusahaan-perusahaan ini tetap waras. Waras di sini artinya tiap perusahaan harus memegang teguh value mereka dengan kuat dan tidak mudah terdorong arus tren yang mungkin dibentuk oleh para kompetitor.
Pelajaran ini betul-betul saya dan rekan kerja di Titipku terapkan. Pasalnya, perusahaan tetap bisa mati meski sudah menjadi alumni YC. Dari data yang dipaparkan dalam program, tampak bahwa ada sekitar 40% perusahaan alumni YC yang mati, 40%nya masih hidup dengan kondisi biasa atau diambil alih perusahaan lain, 8% menjadi besar, dan 2% menjadi raksasa.
Artinya, YC ataupun akselerator lain bukanlah panasea dari kematian startup. Sebagai alumni akselerator kita juga harus tetap berjuang mengembangkan usaha agar tetap hidup dengan cara yang waras.