goodmoneyID – Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) melakukan survei bertajuk “Dampak Covid-19 Terhadap Penghimpunan Donasi di Lembaga Filantropi dan Zakat”. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkkan dari pandemik Covid-19 terhadap penghimpunan dana di lembaga sosial.
Survei yang dilakukan terhadap 100 responden ini menyebarkan form survei secara online, dimana 49% responden merupakan Pegiat Sosial yang bekerja di lembaga amil zakat, 15,3% bekerja di lembaga yayasan sosial, dan 35,7% bekerja pada bisnis sosial (Social Enterprise).
“Dari survei ini kami menemukan fakta bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada menurunnya penghimpunan lembaga secara drastis pada kisaran 20 – 50%. Bulan Ramadhan yang biasanya terjadi puncak penghimpunan, namun pada tahun ini terjadi sebaliknya,” kata Ahsin Aligori, peneliti IDEAS di Tangerang Selatan.
Ahsin melihat ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan jumlah penghimpunan lembaga sosial yaitu, pertama terjadinya gejala resesi ekonomi sehingga menurunnya donatur untuk berdonasi dan ini diprediksi akan terjadi sepanjang pandemi.
“Beberapa Lembaga menyatakan bahwa jumlah donasi rata-rata donatur menurun 20%. Sebelumnya rata-rata donatur berdonasi sekitar Rp100 ribu, pada saat ini sekitar Rp70 – 80 ribu. Profile donatur di masing-masing Lembaga 70% didominasi oleh donatur kelas menengah sebagai pekerja, karyawan perusahaan dan pebisnis,” ungkap Ahsin.
Rata-rata pertumbuhan penghimpunan ZIS dari Tahun 2002-2019 sebesar 36,2% dengan tingkat pertumbuhan IPI (Indeks Produksi Industri) rata-rata 4,0% per tahun. Jika saat Covid-19 nilai IPI mengalami penurunan minus 0,8%, diprediksi berdasarkan hasil simulasi bahwa hal ini berdampak pada penurunan penghimpunan ZIS sebesar minus 43%.
Kedua, berkurangnya donatur karena terdampak PHK. Sangat kecil kemungkinan mereka akan berdonasi kembali sekitar 32% donatur yang dimiliki oleh Lembaga benar-benar tidak bisa berdonasi dan 60% donatur lebih memilih berdonasi disekitar lingkungan mereka sendiri.
Ketiga, Menurunnya transaksi donasi secara langsung (off line) karena diberlakukan PSBB dan physical distancing yang ditetapkan oleh pemerintah untuk pencegahan Covid 19. Keempat, walaupun seluruh program kampanye Covid-19 beralih ke online tetapi dirasakan masih ada batasan kekurangan dimana bagi Lembaga yang memiliki kanal sosial media dan online kurang exposure maka kurang mendapatkan tanggapan dari publik secara online.
Dan kelima, menurunnya donasi khusus program Covid-19 karena semakin banyaknya Lembaga filantropi, organisasi masyarakat, media bermunculan membuka kanal donasi yang sama untuk Covid-19.
“Walaupun terjadi penurunan penghimpunan lembaga sosial berkeyakinan bisa survive ditengah pandemik, hal ini terlihat dari 87% responden yang mengatakan mereka masih optimis bahwa Lembaga mereka tetap bertahan,” tutur Ahsin.
IDEAS merekomendasikan beberapa strategi yang bisa diambil oleh lembaga sosial agar mampu bertahan ditengah pandemi yang sampai saat ini belum diketahui kapan berakhir. Strategi tersebut yaitu pertama, harus terjalin kolaborasi program dengan pihak-pihak lain. Ini sangat penting untuk membagi risiko yang akan dihadapi, terutama dengan pemerintah atau Lembaga-lembaga filantropi lain yang bisa saling mengukung dalam pendanaan program Covid-19. Kedua, strategi mengetatkan keuangan lembaga selama krisis, buat skala prioritas terutama dalam anggaran operasional lembaga.
“Strategi berikutnya adalah meningkatkan kanal pembayaran donasi secara digital sejalan dengan meningkatkan branding Lembaga dan untuk Lembaga yang menjadi implementasi proyek dari donor, harus menguatkan kepercayaan kepada donor bahwa Lembaga mereka bisa tetap bekerja sesuai dengan target yang ditetapkan tanpa mengurangi efektifvitas layanan program kepada masyarakat,” tutup Ahsin.