goodmoneyID – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi Agustus 2020 sebesar 0,05% dipengaruhi oleh sejumlah bahan pangan dan juga tarif angkutan yang mengalami penurunan. Deflasi merupakan penurunan harga barang dan jasa dari waktu ke waktu, yang menghasilkan peningkatan daya beli mata uang.
“Deflasi terjadi karena penurunan berbagai komoditas, khususnya dari komponen harga harga yang bergejolak,” ujar Kepala BPS Suhariyanto, dalam virtual conference, Selasa (2/9).
Suhariyanto mengungkapkan, kelompok bahan komoditas yang mengalami deflasi kali ini yakni makanan, minuman dan tembakau 0,86%, sementara transportasi 0,14%. Adapun makanan dan minum penyumbang deflasi tertinggi seperti, daging ayam ras 0,09%, bawang merah 0,07%, tomat 0,02%, lalu telur ayam ras, pisang dan jeruk sebesar 0,01%.
“Harga daging ayam ras turun di 83 kota IHK (Indeks Harga Konsumen), penurunan tertinggi berada di daerah tanjung pandan hingga 27% lalu Tanjung Selor 23%,” imbuh Suhariyanto.
Sementara, dari transportasi/angkutan penyumbang deflasi tertinggi adalah tarif angkutan udara sebesar 0,02%, dengan penurunan tarif terjadi di 25 kota.
Data BPS mencatat pada Agustus 2020 terjadi deflasi sebesar 0,05% dengan IHK sebesar 104,90. Dari 90 kota IHK, 53 kota mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Kupang sebesar 0,92% dengan IHK sebesar 102,48 dan terendah terjadi di Sibolga, Tembilahan, Bekasi, dan Banyuwangi masing-masing sebesar 0,01% dengan IHK masing-masing sebesar 103,05, 105,06, 106,97, dan 103,49.