Enny Sri Hartati: Potensi Kontraksi Ekonomi Bisa Sampai Kuartal 3 2020

Loading

goodmoneyID –  Peneliti ekonomi Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, mengatakan secara pasti pandemi membuat ekonomi masyarakat terganggu. Sejauh ini Enny memandang pemerintah dalam menangani dampak pandemi tidak pada inti masalahnya.

Pemerintah justru fokus bukan pada kesehatan melainkan pada likuiditas, sedangkan likuiditas bukan masalah utama, namun hanya implikasinnya.

“Kita lihat mulai dari Perppu yang menjadi UU No. 2 itu, yang disasar hanya likuiditas, persoalan pembiayaan betul ada dan punya implikasi ke sektor perusahaan. Tapi itu bukan sumber persoalannya itu implikasi,” jelas Enny dalam Video Converence, Senin (13/7).

Enny juga menyoroti kebijakan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dinilai kurang tepat. Dimana disaat masyarakat butuh dana segar/uang tunai, justru yang diberikan adalah program kartu prakerja.

“Bansos itu harusnya yang tepat, yang tujuannya untuk sosial safety net, tapi malah prakerja yang tujuannya tingkatkan keahlian, ini jelas ga cocok,” trang Enny.

Jika tujuannya untuk perlindungan sosial, maka seharusnya pemerintah benar-benar fokus pada orang miskin, agar daya belinya kembali pulih. Maka akan efektif, karena difokuskan pada orang miskin dan rentan.

Enny memandang, jika program PEN tak tepat sasaran maka potensi terjadinya kontraksi ekonomi yang diperkirakan bakal terjadi di kuartal II 2020, bisa berlanjut di kuartal III.

“Kalau tidak segera refocusing di kuartal II, besar kemungkinan kuartal III bukan hanya negatif tapi kontraksinya lebih besar dari kuartal II,” jelasnya.

Sumber ekonomi Indonesia terbesar atau 56% disumbang dari konsumsi rumah tangga. Sehingga harus betul-betul diperhatikan dari seluruh program yang telah dikeluarkan. Seberapa efektif mampu untuk kembali menopang atau menggerakan daya beli masyarakat.

Terlebih, angka kasus Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah tiap harinya, Enny memperingatkan kepada para legislatif dan eksekutif, sebaiknya harus paham betul yang dilakukan saat ini, apalagi untuk menyambut era new normal.

“Pandemi Covid- 19 bukan hanya berpengaruh pada deglobalisasi yang mengubah tatanan ekonomi dunia secara signifikan. Namun didalam negeri, para eksekutif dan legislatif harus paham betul, dan segara adaptasi terhadap kebutuhan-kebutuhan menuju era Normal baru,” pungkasnya.