goodmoneyID – Semangat ekspor adalah semangat yang harus di kobarkan, hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI), Benny Soetrisno. Ia adalah seorang eksportir kawakan yang telah lama bergelut dengan ekspor impor barang dari dalam dan luar negeri.
Dalam acara Peresmian program 500 ribu eksportir baru di tahun 2030, Benny menjelaskan bahwa perlu ada litersi ekspor untuk para pelaku UMKM Idi Indoneisa supaya tembus pasar internasional.
“Berdasarkan pengalaman saya, saya rasa perlu ada literasi ekspor ini. Sehingga yang mau menjadi eksportir tata cara pembayaran dan cara ekspor barang ke seluruh dunia jadi tahu. Kita juga bisa keluarkan sertifikat untuk menjadi eksportir yang mengerti cara pembayaran,” ujar Benny dalam acara Peresmian program 500 ribu eksportir baru, secara virtual, Rabu (16/2).
Benny melanjutkan, Indonesia mempunyai peluang eskpor yang begitu besar, salah satunya dengan produk holtikultura.
“Kita punya produk yang beragam salah satunya hortikultura, kita punya exotic fruits yang tidak dimiliki negara lain. Seperti salak itu ga ada yg punya selain kita. Jadi ini perlu edukasi bagaimana packageing nya,” imbuh Benny.
Saat ini kata Benny, Anggota GPEI Yogya sudah mengirim secara rutinbuah salak dari Indonesia ke Kamboja dan Thailand. Bahkan GPEI Yogya mampu mengirim buah salah dalam sebelum hingga 3 kontainer besar. Selain Buah salah kayu manis juga mempunyai market yang cukup baik di eropa untuk pengolahan kue.
Benny menjelaskan dirinya sudah menjadi eksportir sejak 1982, tidak belajar dan tidak ada sekolahnya. Hanya learning by doing di lapangan, “banyak tantangannya saya hampir bankrut namun banyak yang selalu mendukung saya sampai saat ini,” imbuh Benny.
“Kita mohon support sekolah ekspor ini dan kita masuk kampus untuk ajak anak anak untuk main di luar. Kalau kuat di luar di dalam dia tahan banting. Harus on time. Pendidikan dasar ekspor ya itu,” ujar Benny.
Sementara itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menyebut banyak komoditas Indonesia yang bisa diekspor mulai dari pertanian, perikanan, produk herbal, baju muslim, hingga buah-buahan seperti salak.
“Di Indonesia banyak sekali produk yang potensial diekspor, di catatan kami ada yang berbasis produk pertanian, perikanan, herbal product, muslim fashion ini juga potensial untuk dikembangkan. Selain juga pertanian tadi terutama buah segar, buah tropis ini banyak sekali permintaan,” tutupnya.
Acara peresmian untuk mencetak 500.000 eksportir baru di 2030 ditandai dengan penandatanganan sekolah ekspor dengan lima asosiasi pengusaha yakni Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) dan Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA).