goodmoneyID – Langkah strategis pemerintah membentuk holding BUMN di segmen usaha ultra mikro (UMi) dinilai akan membantu pemulihan kondisi ekonomi UMKM yang terhantam pandemi. Di sisi lain, sinergi tersebut akan menaikan daya saing industri keuangan nasional di kancah global.
Ekonom sekaligus financial market specialist dari LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo mengatakan langkah pemerintah melakukan holding yang lebih fokus dengan segmen ultra mikro sudah sangat tepat. Langkah itu dinilai dapat membantu pemulihan ekonomi pelaku UMKM di masa pandemi.
Melalui holding yang ditempuh pemerintah lewat PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) alias PNM, banyak manfaat yang akan diperoleh oleh pelaku usaha ultra mikro yang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi lebih besar dibandingkan dengan korporasi.
Lucky menekankan relevansi holding ultra mikro saat ini lebih pada pemulihan kinerja pelaku ultra mikro. Masih banyak pelaku ultra mikro baik di dalam ekosistem maupun di luar ekosistem holding yang membutuhkan bantuan pembiayaan dan pendampingan yang cepat.
Tahap awal yang harus ditempuh dengan adanya holding adalah mencari solusi keuangan yang tepat untuk semua pelaku usaha yang terdampak. Dia menilai proses itu akan mudah karena dengan integrasi dan big data yang ada, holding UMi mampu mencari banyak ceruk pertumbuhan baru bagi pelaku ultra mikro untuk tumbuh berkelanjutan.
“Memang harus mampu memberi relaksasi dulu untuk pelaku UMKM yang banyak kondisi keuangannya belum pulih normal akibat pandemi. Holding ultra mikro juga harus mampu memberi pelayanan pendampingan dan pengembangan usaha yang baik,” imbuhnya.
Langkah awal proses integrasi ekosistem BUMN sektor UMi saat ini mulai dijalankan, menyusul adanya Keterbukaan Informasi yang disampaikan BRI pada Senin (14/6) malam melalui website Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pembentukan holding UMi ini sebagai bentuk perwujudan visi Pemerintah yang mencanangkan peningkatan aksesibilitas layanan keuangan segmen ultra mikro sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024.
“Sebagai bentuk perwujudan visi tersebut, Pemerintah bermaksud membentuk holding ultra mikro dengan Perseroan sebagai induknya,” demikian tertulis dalam Keterbukaan Informasi BRI.
Dalam Keterbukaan Informasi disebutkan bahwa BRI merencanakan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) dengan keterlibatan Pemerintah di dalamnya melalui HMETD dalam bentuk non tunai. Berkaitan proses tersebut, Pemerintah akan menyetorkan seluruh saham Seri B miliknya (inbreng) dalam Pegadaian dan PNM kepada BRI.
Lucky menambahkan dengan adanya holding ke depan diharapkan membuat integrasi data dari BRI, Pegadaian, dan PNM lebih kuat. Terlebih ketiga perusahaan tersebut memiliki pangsa pasar yang relatif sama, sehingga mampu meningkatkan daya saing. “UMKM pun akhirnya memiliki ekosistem usaha dan pembiayaan yang terintegrasi yang akan membantu mempercepat keterserapan produknya di dalam negeri maupun luar negeri,” tambahnya.
Daya Saing
Peningkatan daya saing ke depan pasca holding diamini Direktur Utama Trimegah AM Anthony Dirga. Menurut Anthony, gebrakan-gebrakan pemerintah sejauh ini sangat struktural dan signifikan dalam meningkatkan kinerja sektor keuangan nasional.
“Memang pembentukan holding-holding termasuk holding ultra mikro ini sangat diperlukan. Ini untuk efisiensi dan peningkatan fokus kinerja. Untuk bisa bersaing dengan negara-negara tetangga kita,” katanya.
Anthony menyampaikan segmen pembiayaan ultra mikro membutuhkan lembaga jasa keuangan efisien dengan fokus yang terarah. Holding ultra mikro, menurutnya, mampu menciptakan integrasi bisnis yang mendorong efisiensi operasional dan menekan beban dana.
Hal ini pada akhirnya akan membuat banyak nasabah ultra mikro lebih cepat masuk ke dalam ekosistem pembiayaan formal. Anthony pun memandang holding ini berpotensi mendorong adopsi digital pelaku ultra mikro.
Dengan dorongan holding, pelaku ultra mikro diprediksi akan lebih cepat mengoptimalkan ekosistem digital yang sejauh ini sudah banyak tersedia. Pada akhirnya, hal ini akan membantu peningkatan kinerja pelaku ultra mikro dan holding sebagai lembaga jasa keuangan yang memafasilitasinya.
“Saya kira pemerintah juga menyadari tren digitalisasi yang sangat penting untuk diadopsi oleh kita semua sebagai pelaku pasar. Ini the best way to approach this is to focus and do it together efficiently,” tuturnya.
Anthony melanjutkan saat ini era persaingan global semakin kompetitif. Karena itu, pemerintah perlu cepat memperkuat struktur perekonomian yang berbasis UMKM. “Kehadiran holding ultra mikro sangat mungkin akan meningkatkan akses keuangan untuk unbankable dan memudahkan pengumpulan data oleh pemerintah untuk mendukung program-program UMKM. Dengan dukungan UMKM yang semakin kuat, ekonomi kita akan semakin resistance dalam menghadapi persaingan global dan bisa menjadi pemenang di negeri kita sendiri,” tutupnya.