Indonesia catat kemajuan pada dimensi utama kemiskinan sebelum pandemi

Loading

goodmoneyID — Indonesia telah membuat kemajuan dalam berbagai dimensi pengentasan kemiskinan sebelum pandemi COVID-19, menurut Indeks Kemiskinan Multidimensi/Multidimensional Poverty Index (MPI) global terbaru, yang dirilis hari ini oleh UNDP. Indeks kemiskinan ini tidak hanya mencakup penghasilan tetapi juga meliputi akses ke air bersih, pendidikan, listrik, makanan dan enam indikator lainnya.

Sekitar 3,6 persen dari total penduduk Indonesia (9,5 juta orang) miskin secara multidimensi, sementara 4,7 persen selebihnya (12,8 juta orang) rentan terhadap kemiskinan multidimensi menurut data tahun 2017. Pada tahun 2012, sekitar 6,9 persen dari total penduduk Indonesia (17 juta) tergolong miskin secara multidimensi.

MPI menganalisis 10 indikator dalam berbagai dimensi dengan bobot yang sama, termasuk kesehatan, pendidikan dan standar hidup, serta membantu mengidentifikasi populasi miskin serta penyebab kemiskinan. Dimensi kesehatan dan pendidikan berasal dari dua indikator sedangkan taraf hidup berdasarkan pada enam indikator. Dalam kasus Indonesia, MPI menggunakan sembilan dari 10 indikator, namun tanpa informasi tentang gizi karena kurangnya data yang tersedia.

Nilai MPI yang merupakan proporsi penduduk miskin secara multidimensi yang disesuaikan dengan intensitas kemiskinan adalah sebesar 0,014, menunjukkan perbaikan dibandingkan data terakhir pada tahun 2012 sebesar 0,028.

Meskipun MPI terbaru menyajikan temuan yang menggembirakan, studi yang dilakukan oleh UNDP Indonesia di puncak pandemi pada tahun 2020 memberikan gambaran yang lebih suram.

Survei Rumah Tangga yang dilakukan oleh UNDP bekerja sama dengan UNICEF, Kemitraan Australia Indonesia untuk Pembangunan Ekonomi (Prospera), dan lembaga Penelitian SMERU mencatat bahwa dampak COVID-19 telah menyebabkan kemunduran yang signifikan terhadap upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia.

Menurut penelitian, penurunan pendapatan dan peningkatan pengeluaran telah membuat rumah tangga yang disurvei, yang berada di kelompok 40 persen terbawah dalam masyarakat, menjadi lebih miskin dan bahkan lebih rentan.

Lebih lanjut, indikator dari Badan Pusat Statistik, BPS, mencatat bahwa pandemi telah menyebabkan kemunduran berbagai pencapaian pengentasan kemiskinan di Indonesia. Tingkat kemiskinan secara keseluruhan mencapai angka dua digit yaitu 10,19 persen per Agustus 2020. Angka itu membaik sedikit menjadi 10,14 persen pada Maret 2021.

Temuan ini lebih lanjut ditegaskan dalam laporan Voluntary National Review 2020 yang diterbitkan oleh Kementerian PPN/Bappenas yang menyatakan bahwa pandemi semakin memperparah ketimpangan. Rasio Gini Indonesia turun dari 0,402 pada tahun 2015 menjadi 0,380 pada tahun 2019, namun angka tersebut meningkat pada tahun 2020 menjadi 0,385. Pada Maret 2021, berada di 0,384.

“Indeks Kemiskinan Multidimensi memberikan perspektif tentang kemiskinan yang tidak hanya mencakup pendapatan. Meskipun laporan ini menunjukkan beberapa kemajuan di antara kelompok-kelompok paling rentan di Indonesia sebelum pandemi, lebih dari satu juta orang berpotensi jatuh ke dalam kemiskinan. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan upaya untuk menyiapkan lebih banyak sumber daya untuk memberdayakan masyarakat rentan yang terjerumus ke dalam kemiskinan,” kata Norimasa Shimomura, Kepala Perwakilan UNDP Indonesia.

Laporan MPI terbaru juga mengeksplorasi bagaimana pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung telah mempengaruhi tiga indikator pembangunan utama – perlindungan sosial, mata pencaharian dan kemampuan untuk bersekolah – dalam kaitannya dengan kemiskinan multidimensi.

Meskipun data lengkap tentang dampak pandemi terhadap MPI belum tersedia, data tersebut telah mengungkap kekurangan dalam sistem perlindungan sosial, pendidikan, dan kerentanan pekerja di seluruh dunia. Laporan tersebut menunjukkan bahwa kekurangan ini terutama terjadi di negara-negara dengan tingkat MPI yang lebih tinggi.

Indeks Kemiskinan Multidimensi disusun oleh UNDP dan Oxford Poverty and Human Development Initiative. Laporan terakhir mencakup 109 negara berkembang. Menggunakan klasifikasi UNDP untuk negara berkembang, MPI mencakup total 80 negara berpenghasilan menengah, termasuk 13 dari 26 negara di Asia Timur dan Pasifik.