Menggenjot Penetrasi Asuransi di Indonesia Lewat Insurtech

Loading

goodmoneyID – Di tahun 2020, terjadinya pandemi Covid-19 ternyata dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya menjaga kesehatan dan pentingnya memiliki perlindungan asuransi. Namun, tingkat penetrasi asuransi di Indonesia baru menyentuh angka 3% jika dibandingkan dengan GDP.

Allianz Life Indonesia melihat hal ini sebagai peluang yang baik, sehingga perusahaan terus fokus dalam menyediakan berbagai akses solusi dan pelayanan perlindungan asuransi, memberikan literasi keuangan secara berkesinambungan kepada masyarakat luas, serta menyediakan pilihan produk untuk berbagai segmen masyarakat Indonesia.

Dengan digitalisasi yang terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan bisnis, berdasarkan laporan AAJI 2020 Allianz Life Indonesia berhasil membukukan bisnis baru yang diukur dari Annualized Premium Equivalent (APE) sebesar Rp 3,9 Triliun, atau tumbuh 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Pencapaian ini menjadikan Allianz Life Indonesia perusahaan peringkat pertama yang membukukan APE tertinggi dalam tahun 2020 yang lalu.

“Allianz Life Indonesia melihat perkembangan teknologi sebagai sebuah peluang untuk memberikan produk dan layanan lebih baik, juga untuk membentuk kanal distribusi dengan mitra digital strategis sehingga dapat memberikan perlindungan kepada lebih banyak masyarakat Indonesia. Kolaborasi dengan mitra digital juga sangat penting untuk menyediakan layanan keuangan dan akses asuransi bagi segmen masyarakat yang belum tersentuh. Mengingat rendahnya penetrasi asuransi dibandingkan dengan kondisi demografi dan luas wilayah Indonesia, kami percaya penggunaan teknologi akan membantu masyarakat Indonesia untuk mendapatkan akses asuransi dengan lebih mudah,” kata Joos Louwerier, Country Manager & Direktur Utama Allianz Life Indonesia, Jumat (16/4).

Asuransi digital & distribusinya akan melengkapi asuransi tradisional yang sudah ada. Produk asuransi yang sederhana dan terjangkau akan lebih mudah diterima pada jalur
distribusi digital, kemudian produk yang lebih kompleks akan tetap membutuhkan
komunikasi langsung antara tenaga pemasar dan nasabah. Walaupun demikian, aspek
digital bukan hanya tentang penjualan, tetapi juga kegiatan post-selling terkait, seperti
layanan dan klaim.

“Kami mengerti bahwa nasabah yang akan memutuskan pilihan kanal distribusi mana yang paling sesuai ketika membeli produk asuransi jiwa atau kesehatan. Tujuan utama kami
adalah membukakan akses lebih luas kepada masyarakat untuk mendapatkan perlindungan
asuransi dengan mudah dan aman, melalui pengalaman digital tanpa hambatan. Kemitraan
kami dengan perusahaan digital akan membangun sinergi, yang tidak hanya akan
mendukung untuk menjangkau lebih banyak masyarakat dan menyediakan kebutuhan
layanan keuangan, namun juga meningkatkan inklusi keuangan dan indeks literasi
keuangan di Indonesia,” tutup Bianto Surodjo, Chief of Partnership Distribution Officer
Allianz Life Indonesia.