goodmoneyID – Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro menyampaikan hasil riset dan inovasi 3T, yakni testing, tracing and treatment terkait uji virus Covid-19.
Untuk Testing, saat ini rapid test kata pria yang akrab disapa Bambroj produksinya per bulan ini mencapai 350 ribu. Dan diperkirakan bulan depan sudah bergerak naik menuju 1 sampai 2 juta per bulan.
“Ini sudah dilakukan produksi oleh 3 sampai 4 perusahaan swasta. 3 sudah memulai dan kemudian ditambah yang ke-4, sehingga kita berharap bisa mencapai 2 juta per bulan,” ucap Bambroj dalam Rapat Terbatas “Laporan Komite Penanganan COVID-19 dan PEN”, Senin (12/10).
Saat ini penggunaan rapid test untuk covid-19 mengutamakan hasil inovasi atau produksi dalam negeri ini. Untuk bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan impor rapid test yang sebelumnya telah dilakukan di awal masa pandemi ini.
“Nah karena rapid test ini bersifat antibodi memang sensitifitasnya tinggi tapi spesifikasinya yang kurang tinggi. Sehingga tingkat akurasinya kadang-kadang memang tidak bisa diandalkan untuk menjadi bagian dari testing. Sehingga rapid test memang difokuskan untuk screening,” imbuh Bambroj.
Untuk membantu screening yang lebih akurat, sekaligus membantu testing, Menristek melaporkan kepada Presiden dua inovasi yang berasal dari dalam negeri yang diharapkan bisa menjadi solusi, solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap PCR test, dan juga solusi untuk screening yang lebih baik, yaitu GeNose yang dihasilkan oleh Universitas Gadjah Mada.
“GeNose ini intinya mendeteksi keberadaan virus covid-19 dengan menggunakan hembusan nafas,” kata Bambroj.
kelebihan dari GeNose adalah bisa menghasilkan upaya skrining dan juga deteksi yang lebih cepat, murah dan akurat.
“Di uji klinis tahap pertama, di RS di Yogyakarta tingkat akurasinya dibandingkan PCR test 97%. Saat ini kami sedang melakukan uji klinis yg lebih luas lagi di berbagai rumah sakit. Sehingga kalau tingkat akurasinya tinggi mendekati 100% maka GeNose ini bisa menjadi solusi screening yg nantinya akan mengurangi ketergantungan terhadap PCR test,” terang Bambroj.
LIPI juga telah menghasilkan produk baru yakni Artilem yang nantinya bisa menjadi rapid swab test. Dimana swab test yang biasanya memakan waktu lama dan membutuhkan laboratorium, bisa dilakukan dengan waktu yang lebih cepat, dibawah satu jam dan tanpa menggunakan laboratorium BSL 2.
“Rapid swab test ini tentunya juga bisa menjadi solusi bagi rumitnya testing yang menggunakan PCR ya. Jauh lebih cepat, lebih murah dan juga tingkat akurasinya sangat bisa dipertanggungjawabkan,” pungkasnya.