goodmoneyID – Bank Mandiri menjaga kesinambungan bisnis di tengah situasi perlambatan ekonomi global akibat pandemi covid-19. Komitmen ini menjadi tantangan yang sangat nyata mengingat dampak pandemi yang telah terasa, terutama dalam fungsi intermediasi perbankan.
Seperti pada penyaluran kredit perseroan yang terkontraksi 1.61% yoy secara ending balance, meski masih lebih baik bila dibandingkan kontraksi 2.41% yang dialami perbankan nasional. Namun demikian, secara konsolidasi, pertumbuhan kredit secara average balance atau baki debet rata-rata berhasil mencatat perkembangan, yakni tumbuh 7,08% yoy menjadi Rp871,3 triliun. Ini mengindikasikan bahwa strategi penyaluran kredit Bank Mandiri telah sejalan dengan keinginan untuk tumbuh secara sustain dalam jangka panjang.
Sedangkan penghimpunan DPK Bank Mandiri secara konsolidasi pada akhir 2020 tercatat tumbuh 12,24% yoy, menjadi Rp1.043,3 triliun. Pertumbuhan DPK ini juga masih lebih baik bila dibandingkan dengan industri perbankan yang tumbuh 11,1%.
“Kami menerapkan kebijakan penyaluran kredit secara prudent dan selektif kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat. Hasilnya, kami mampu menjaga kualitas kredit sehingga rasio NPL konsolidasi masih baik di 3,09%.” ujar Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, dalam keterangan resminya, Rabu (28/1).
Meski selektif, dia memastikan bahwa Bank Mandiri tetap menjadikan peran intermediasi perseroan sebagai prioritas utama untuk meningkatkan kembali demand masyarakat dan memulihkan ekonomi nasional.
Di sisi lain, dengan belum pulihnya demand kredit, perseroan juga melakukan counter-balancing dengan terus memacu efisiensi, baik dari penurunan cost of fund maupun penghematan biaya operasional. Bank Mandiri berhasil menurunkan cost of fund sebesar 33 bps yoy menjadi 2,53% di Desember 2020 sedangkan biaya operasional hanya tumbuh 1,42%, dibandingkan kenaikan biaya operasional periode sebelumnya yang mencapai 6,68%.
“Tak hanya itu, kami juga terus mendorong pengembangan digital banking seiring pergeseran perilaku masyarakat dalam bertransaksi. Diharapkan, berbagai upaya ini dapat menjaga kualitas layanan dan kepercayaan stakeholder kepada perseroan,” katanya. Selain itu tentunya dengan berbagai inovasi produk digital, Bank Mandiri juga berperan dalam memitigasi dampak pandemi dengan memutus rantai penyebaran coronavirus.
“Kami cukup confident dengan respon yang kami lakukan pada situasi pandemi ini. Oleh karena itu, meski laba bersih tahun lalu terkontraksi 38% menjadi Rp17,1 triliun, kami optimis kinerja Bank Mandiri akan mengalami rebound pada tahun ini,” katanya.
Lebih lanjut, Darmawan mengatakan, pencapaian laba di 2020 didorong oleh pertumbuhan fee based income yang tumbuh sebesar 4,9% yoy menjadi Rp28,7 triliun, dengan salah satu penyumbang utama adalah pendapatan dari transaksi online. Tercatat, frekuensi transaksi aplikasi Mandiri Online sepanjang 2020 mencapai lebih dari 600 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai lebih dari 1.000 Triliun.
“Khusus aplikasi Mandiri Online yang menjadi produk utama digital banking Bank Mandiri, kami senang karena aplikasi ini semakin menjadi pilihan nasabah dalam bertransaksi. Ini terlihat dari jumlah pengguna aktif aplikasi ini yang naik signifikan sebesar 40% menjadi 4,5 juta pengguna pada tahun lalu,” katanya
Darmawan mengatakan, pencapaian laba Bank Mandiri pada tahun lalu juga tak lepas dari kinerja solid perusahaan anak yang berkontribusi 22,5% terhadap laba perseroan. Asset perusahaan anak tumbuh 15,1%, dimana kredit mampu tumbuh 12,3% yoy.