goodmoneyID – Para pelaku industri film yang terdiri dari produser film, sutradara, aktor, pemilik bioskop, dan pengurus asosiasi serta Badan Perfilman Indonesia mengajukan 5 permintaan ke pemerintah terkait stimulus untuk industri perfiman.
Pertama, stimulus untuk distribusi film lewat dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan mekanisme yang transparan, kedu kampanye “Kembali Menonton di Bioskop” berkoordinasi dengan Kementrian Kesehatan dan Satgas Covid-19 untuk menghilangkan stigma negatif menonton bioskop di kala pandemi, ketiga keringanan pajak hiburan atas bisnis film Indonesia, keempat langkah cepat, nyata, dan tegas memberantas pembajakan film, kelima percepatan vaksinasi bagi para pekerja industri film.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan bahwa kementriannya akan melakukan sertifikasi CHSE (singkatan dari Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keselamatan) and Environmental sustainability (pelestarian lingkungan) (CHSE)) untuk bioskop seperti yang dilakukan di sektor pariwisata lainnya untuk meyakinkan penonton.
Pemerintah Pusat juga akan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk mulai melakukan pembukaan bioskop-bioskop di area kuning yang belum dibuka.
Untuk menangani pembajakan, Presiden Joko Widodo akan segera membuat satuan kerja yang merupakan gabungan antara Kepolisian Republik Indonesia, Kementrian Komunikasi dan Informatika, dan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Untuk vaksinasi, Menteri Sandiaga Uno sedang dilakukan pendataan hingga 14 Maret 2021
berkoordinasi dengan Badan Pefilman Indonesia (BPI) dan vaksinasi bisa dimulai mulai awal April 2021.
“Segenap pekerja film berterima kasih atas respon cepat Bapak Presiden, Menparekraf, dan
jajaran Kabinet Indonesia Maju. Semoga setiap langkah konkret koordinasi pemerintah pusat, daerah, dan pelaku industri akan mengembalikan film Indonesia kembali berjaya di bioskop dan menempati hati penonton tercintanya. Bagi kami film Indonesia adalah bakti kami untuk negeri dan kami siap bekerjasama serta menyiapkan langkah konkret dan strategi yang matang bersama pemerintah,” kata Chand Parwez selaku ketua Badan Perfilman Indonesia, dalam keterangan resminya.
Industri perfilman Indonesia yang sebelum pandemi menduduki peringkat sepuluh dunia sebagai pasar film terbesar di dunia dengan nilai sebesar 500 juta dollar AS di akhir tahun 2019, menderita penurunan sebesar 97 persen di kala pandemi sepanjang tahun 2020.
Sejak dibukanya Daftar Negatif Investasi di bidang perfilman di tahun 2016, perfilman Indonesia memasuki era baru dengan jumlah penonton yang terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan pertumbuhan sebesar 20 persen per tahun selama 4 tahun terakhir sebelum pandemi.
Industri Perfilman Indonesia adalah industri yang menopang perekonomian Indonesia secara signifikan dengan lebih dari 50.000 tenaga kerja di subsektor film, animasi, video di tahun 2019, dan lebih dari 2.500 jumlah usaha. Kontribusi industri film Indonesia ke GDP sebesar 15 triliun di tahun 2019.
Bioskop yang berkontribusi atas 90 persen sumber pendapatan distribusi film Indonesia
semenjak Maret 2020 telah ditutup sementara dan hingga saat ini masih terdapat lebih dari 50 persen lokasi bioskop di tanah air yang belum diizinkan untuk beroperasi kembali.
Hal ini tentu menimbulkan stigma negatif di mata masyarakat untuk kembali menonton di bioskop saat sudah diberlakukan pelonggaran atas pembatasan tempat-tempat umum seperti restoran dan tempat rekreasi lainnya.
Dampak pandemi bagi pekerja film juga sangat besar. Tahun 2019 terdapat 129 judul film
nasional yang dirilis di bioskop dengan total penonton film nasional sebesar 52 juta orang. Ini berarti satu judul film ditonton oleh kurang lebih 400 ribu penonton.
Dibandingkan dengan kondisi selama Pandemi, data per akhir Februari 2021 menunjukkan terdapat 9 judul film nasional yang dirilis di bioskop dengan total penonton hanya sekitar 400 ribu orang.
Kerugian penerimaan pajak dari penonton bioskop saja mencapai 1,5 triliun dan pendapatan tidak langsung bioskop 1,2 triliun. Adanya platform distribusi secara streaming pun belum dapat menopang industri dan nilai pembelian film yang belum dapat menutup biaya produksi, terutama untuk film dengan bujet besar.
“Film bukan hanya merupakan komoditas hiburan, tapi juga membawa wajah Indonesia ke dunia internasional. Secara potensi, industri film Indonesia dengan keberagaman budaya dan jumlah penduduk Indonesia sebagai pasar utama sangatlah besar dan karenanya sangat layak untuk diselamatkan.” tutup Shanty Harmayn, produser film Indonesia.