goodmoneyID – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Agus Gumiwang menyebut, kebutuhan gula untuk sektor industri di Indonesia pada tahun ini mencapai 3,2 juta ton. Untuk memenuhi kebutuhan sebanyak itu pemerintah berencana kembali membuka keran impor untuk gula rafinasi pada tahun ini.
Menperin Agus Gumiwang menjelaskan kebutuhan gula untuk industri secara spesifikasi beda dengan kebutuhan gula konsumsi pada umumnya. Persoalannya, selama ini belum ada yang mampu memproduksi gula rafinasi secara massal.
“Karena industri gula spesifikasinya berbeda dengan konsumsi pada umumnya, dan industri dalam negeri tidak bisa menyuplai kebutuhan gula ini mau tidak mau pemerintah bakal melakukan impor gula,” kata Agus di Jakarta, (6/1).
Sekadar informasi, berdasar data Statista, pada periode 2017-2018, Indonesia berada di urutan pertama negara pengimpor gula terbesar di dunia dengan volume impor 4,45 juta ton. Posisi kedua adalah China sebesar 4,2 juta ton dan disusul Amerika Serikat dengan 3,11 juta ton.
Namun kedepan untuk meminimalkan nilai impor pada gula Pemerintah bakal melakukan program revitalisasi pada pabrik gula yang kini tidak beroperasi lagi, khususnya pabrik gula yang dimiliki oleh BUMN dan BUMD.
“Tapi untuk menekan impor gula, sudah kami usulkan adanya program revitalisasi dari pabrik gula yang selama ini ada dan tidak beroperasi lagi khsusnya yang dimiliki oleh BUMN dan BUMD, kita sedang indentifikasi ini,” ujar Agus.
Selain itu untuk menopang kebutuhan gula ini, Pemerintah melalui Kemenperin telah berkoordinasi mencari investor untuk membantu pembangunan program revitalisasi pabrik gula. Tepatnya pada dua minggu lalu Kemenperin telah melakukan kunjungan ke Taipei, Taiwan Sugar Corp, dimana kata Agus mereka sudah siap investasi ke Indonesia namun ada beberapa syarat yang wajib dipenuhi.
“Kami 2 minggu lalu telah melakukan kunjungan ke Taipei, Taiwan Sugar Corporate, mereka sudah siap investasi ke Indonesia, tapi masih ada beberapa syarat yang mereka butuhkan sebelum mereka investasi. Diantaranya mereka butuh lahan seluas 50.000 hektar untuk kembangkan pabrik gula ini,” ujar Agus.
Agus menambahkan, mereka punya minat untuk beli atau menjadi mitra dari perusahaan gula nasional yang sekarang sedang kesulitan atau tidak beroperasi. Pasalnya jika ada investor besar masuk industri pasti akan lebih cepat berkembang dan tumbuh, dan dapat menyelesaikan kebutuhan gula dalam negeri.
“Revitalisasi pabrik gula yang utilitinya rendah bahkan tidak beroperasi ini akan kita libatkan investor agar memudahkan proses operasional pabrik gula,” pungkas Agus.