goodmoneyID – Menteri Keuangan Sri Mulyani baru saja memberikan sinyal kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 92 Pertamax.
Hal ini karena harga minyak dunia melambung tinggi akibat konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, memicu kelangkaan pasokan minyak dunia.
“Pertamax bisa saja terkena imbas kenaikan harga minyak dunia karena termasuk BBM non subsidi dan dia konsumsi masyarakat golongan atas,” ucap Sri Mulyani, dalam keterangan resminya, Minggu (27/3).
Menanggapi hal ini, PT Pertamina (Persero) mengatakan bahwa saat ini pihaknya masih mengkaji kenaikan harga pertamax menjadi Rp16 ribu per liter.
Vice President (VP) Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman mengatakan, dengan harga pertamax yang saat ini, memang pertamina seperti menyubsidi. Sehingga ada dorongan dari Kementerian ESDM untuk menaikkan harga pertamax tersebut.
“Penyesuaian masih kami kaji. Namun yang perlu diketahui, Pertamax adalah BBM Non Subsidi yang konsumsinya 14 persen dari seluruh BBM Pertamina,” ucap Vice President (VP) Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman kepada media, Senin (28/3).
Sementara untuk BBM Jenis Biosolar dan Pertalite dipastikan tidak ada kenaikan.
“Untuk BBM Subsidi seperti Biosolar dan Pertalite yang konsumsinya 83% tidak mengalami kenaikan,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menuturkan jika mengacu harga rata-rata minyak mentah US$130 per barel, harga penyediaan BBM memang sudah harus mencapai Rp15 ribu-Rp16 ribu per liter.
“Jadi kalau Pertamina menjual dengan harga pasar dan margin yang diatur dalam Permen ESDM No. 20/2021, seharusnya biaya pengadaan BBM pertamina dapat dipenuhi,” tutup Fabby.