goodmoneyID – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengapresiasi kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atas kinerjanya selama tahun 2019 yang mampu merealisasikan penyaluran kredit hingga Rp900 triliun.
Mayoritas dari kredit ini, atau sebesar Rp700 triliun, berhasil disalurkan ke Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM). Sedangkan pada periode yang sama, target kredit usaha rakyat (KUR) yang disalurkan oleh pemerintah hanya senilai Rp130 triliun.
Oleh karena itu, dalam empat tahun mendatang, Sri Mulyani, mendorong agar BRI terus meningkatkan penyaluran kredit bagi UMKM agar lebih besar. Hal ini dikarenakan untuk tahun ini Presiden Joko Widodo sudah menargetkan penyaluran KUR sebesar Rp190 triliun dan bahkan berharap untuk 2024 bisa menyalurkan sebesar Rp350 triliun.
Menurut Sri Mulyani, jika tahun 2024 pemerintah menargetkan penyaluran KUR sebesar Rp350 triliun, semestinya Bank BRI bisa menyalurkan kredit lebih besar yakni total sebesar hingga Rp3.000 triliun untuk periode yang sama.
“Jadi, kalau KUR mencapai Rp300 triliun, mestinya kredit BRI bisa capai Rp2,000 triliun bahkani Rp3,000 triliun, dan harusnya mayoritas ke UMKM,” ujar Sri Mulyani di Acara BRI Group Economic Forum 2020 di The Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta Selatan, Rabu (29/1).
Menurutnya, penyaluran bantuan yang disalurkan ke masyarakat akan menggerakkan ekonomi nasional. Penyaluran bantuan tersebut berupa beasiswa pendidikan, dana langsung ke desa, hingga kredit.
Sedangkan mengenai masalah kredit macet atau non-performing loan (NPL) yang dialami Bank BRI yang saat ini diatas 2%, ia meyakini bahwa sumber dari kemacetan kreditan tidak berasal dari UMKM namun justru dari debitur dengan pinjaman besar.
Sebab dari itu, Menkeu meyakini bahwa Direktur Utama Bank BRI Sunarso dengan pengalamannya di PT Pegadaian memiliki bisnis mindset yang berbeda dari direksi perbankan lainnya, yakni berorientasi mendukung UMKM.
“NPL di atas 2% pasti bukan dari kecil-kecil, tetapi yang gede-gede. Kami tahu enggak keren ngomong jutaan manusia dengan pinjaman Rp10 juta hingga Rp50 juta, kurang keren dibandingkan Rp3 triliun, tetapi sekali macet langsung bikin leher sakit, jadi anda (Sunarso) tahu bisnis mana yang betul menciptakan positive impact bagi ekonomi,” tutupnya.