goodmoneyID – Kinerja sejumlah emiten Lippo Group menunjukkan tren yang positif dan bertumbuh seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi nasional. Torehan cemerlang itu tak terlepas dari transformasi yang dilakukan grup usaha milik keluarga Mochtar Riady tersebut.
Transformasi usaha Lippo Group perlahan tapi pasti membuahkan hasil. Kesuksesan itu juga berkat tangan dingin sang generasi ketiga, John Riady, yang turun langsung dalam tataran manajemen Lippo Group.
Terkait transformasi John mengatakan ada beberapa hal yang ditempuh pihaknya. Pertama, selama 3 tahun terakhir Lippo Group terus mendorong usaha-usaha di dalam konglomerasi tersebut untuk bekerja dengan prinsip operational excellence. Salah satunya PT Lippo Karawaci Tbk. Emiten bersandi LPKR itu mencatatkan peningkatan marketing sales per akhir September 2021 yang mencapai Rp3,9 triliun atau naik 70% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun pada periode yang sama tahun lalu capaiannya Rp1,24 triliun. Melalui raihan pada kuartal ketiga tersebut, secara akumulasi marketing sales LPKR periode Januari-September 2021 meningkat 71% secara yoy menjadi Rp3,9 triliun.
Penjualan dari rumah tapak dengan harga terjangkau berkontribusi 59% dari total penjualan pada kuartal ketiga 2021. Hal ini pun membuktikan sektor mulai properti bangkit di masa pemulihan ekonomi saat pandemi Covid-19.
Melihat hal itu, manajemen memproyeksikan angka prapenjualan untuk tahun ini sebesar Rp700 miliar menjadi Rp4,2 triliun. Proyeksi tersebut tentunya akan mudah diraih LPKR bahkan dilampaui karena hingga September saja sekitar 93% dari target telah tercapai.
“Ini lah jadi selama dua tahun terakhir, Lippo Karawaci sudah berhasil melakukan inovasi. Jadi mendesign rumah ini dengan harga terjangkau, dengan design yang modern, atau disebut tropical modern, very beautiful, dengan hal-hal cross ventilation dengan mengurangi energi dan lain sebagainya dan juga untuk menyesuaikan dengan pola kehidupan dan kebutuhan kita yang sekarang ini post Covid ini. Jadi dengan kita melakukan ini kita melihat penjualan itu luar biasa,” ujar direktur di Lippo Group tersebut.
Tak hanya di sektor properti, kinerja usaha Lippo Group di bidang layanan jaringan komunikasi broadband termasuk di dalamnya program televisi yaitu PT Link Net Tbk. (LINK) pun menunjukkan kinerja yang moncer.
Pendapatan LINK tumbuh 11,7% secara yoy menjadi Rp2,15 triliun pada semester pertama 2021. Seiring itu, Ebitda perseroan tumbuh 17,1% secara yoy menjadi Rp1,24 triliun. Adapun pada periode Januari-September 2021, Link Net telah menambahkan total sekitar 21.000 pelanggan baru sehingga kini memiliki total basis pelanggan mencapai 861.000.
Dengan pencapaian optimal tersebut, Presiden Direktur Link Net Marlo Budiman mengatakan di tengah kondisi yang menantang karena masalah pandemi, manajemen secara konsisten mampu menorehkan raihan positif.
“Kami tetap mampu berkembang dengan kondisi yang berubah. Kinerja Link Net terus menguat mengalami percepatan pertumbuhan pendapatan. Migrasi terus maju dan kami telah menyelesaikan hampir setengah dari keseluruhan proyek pada akhir September,” ujarnya.
Pun demikian di sektor kesehatan. Dalam laporan keuangannya PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) mencatatkan kinerja apik dalam sembilan bulan pada 2021. SILO membukukan pertumbuhan pendapatan secara yoy sekitar 42,83% menjadi Rp 7,14 triliun dari Rp5 triliun.
Hal itu pun diiringi pertumbuhan lana laba periode berjalan menjadi Rp531,95 miliar. Catatan positif tersebut membalikan keadaan, karena para periode yang sama tahun lalu SILO rugi Rp 48,79 miliar.
Dalam hasil riset yang dipublikasikan Trimegah Securities, analis emiten Heribertus Ariando dan Ignatius Samon memproyeksikan pertumbuhan SILO akan terjaga di masa datang.
Pendapatan SILO tahun ini diperkirakan akan mencapai Rp7,8 triliun dengan laba bersih Rp584 miliar. Sedangkan tahun lalu Rp7,11 triliun dengan laba bersih Rp116 miliar.
Pada tahun depan, SILO akan melakukan berbagai investasi di bidang digital sehingga diperkirakan mengurangi pendapatan menjadi Rp7,7 triliun dengan laba bersih Rp535 miliar. Namun pada 2023 raihan pendapatan SILO akan melonjak mencapai Rp8,34 triliun dengan laba bersih diperkirakan mencapai Rp630 miliar.
“Investasi digital menjadi fokus untuk mengembangkan cabang teknologi kesehatannya. Ekspansi kapasitas di sekitar 2 rumah sakit baru per tahun organik dan anorganik (akan memacu pertumbuhan),” tulis kedua periset tersebut.
Trimegah Securities pun merekomendasikan beli saham SILO dengan target price dipertahankan di Rp12.000. Optimisme senada datang pula dari analis saham di CGS CIMB Patricia Gabriela dan Marcella Regina. Mereka memproyeksikan pendapatan SILO 2021 sebesar Rp7,6 triliun dengan laba bersih Rp636 miliar.
Adapun tahun depan pendapatan SILO diperkirakan mencapai Rp8,2 triliun dengan laba bersih Rp685 miliar. Sedangkan pada 2023 pendapatan SILO bisa mencapai Rp9,16 triliun dengan laba bersih sekitar Rp848 miliar.
“Kinerja SILO terus menunjukan hasil di atas ekspektasi. SILO meningkatkan layanan sehingga masyarakat percaya akan layanan kesehatan SILO terutama di saat pandemi. SILO terus memasukkan inisiatif ESG dalam kegiatan operasionalnya. Perusahaan juga menyatakan komitmennya untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB yaitu baik kesehatan dan kesejahteraan, industri, inovasi dan infrastruktur, dan kemitraan untuk mencapai tujuan. Kinerja ESG SILO adalah yang terbaik dari rumah sakit lain di Indonesia,” tulis kedua analis CGS CIMN itu dalam hasil risetnya.
Adapun target harga untuk saham Lippo dari CGC CIMB adalah Rp12.300. Adapun saat ini harga saham SILO ada di kisaran Rp8.500.