goodmoneyID – Beberapa tahun terakhir pertumbuhan industri fintech dan ekosistem ekonomi digital di Indonesia mengalami lonjakan signifikan. Menurut laporan SEA e-Conomy 2022 oleh Temasek, Google, dan Bain & Company mencatat bahwa nilai ekonomi digital Indonesia sebesar USD77 miliar di tahun 2022, itu berarti naik 22 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dan diperkirakan akan mencapai USD130 miliar di tahun 2025.
Sementara laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia Triwulan III 2023 menunjukkan nilai transaksi Uang Elektronik mencapai Rp116,54 triliun, serta transaksi QRIS mencapai Rp56,92 triliun, dengan pengguna sebanyak 41,84 juta dan jumlah merchant 29,04 juta, yang mana sebagian besarnya merupakan UMKM.
Berdasarkan data OJK, outstanding pinjaman peer-to-peer lending per September 2023 juga mencapai Rp55,7 triliun atau tumbuh sebesar 14,28 persen (yoy). Hal itu terbukti dengan meningkatnya jumlah penyelenggara inovasi keuangan digital dari 87 penyelenggara di tahun 2022 menjadi 99 penyelenggara di tahun 2023 atau meningkat sebesar 13,7 persen.
Deputi Komisioner Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto, OJK, Moch. Ihsanuddin mengatakan bahwa untuk memperluas peran positif dari industri Fintech, perusahaan fintech harus terus melakukan kolaborasi lintas sektor.
“Selain dengan lembaga jasa keuangan, fintech diharapkan juga dapat menjalin sinergi dengan beberapa pihak di antaranya Pemerintah termasuk OJK, Bank Indonesia dan Kemenkeu maupun Lembaga Pendidikan dan Penelitian dalam rangka memperluas jangkauan layanan mereka, meningkatkan inovasi, dan memberikan nilai tambah kepada pelanggan,” jelasnya.
Bagaimana dengan nilai gross merchandise value (GMV)–sebuah standar yang selalu digunakan untuk mengukur nilai ekonomi berdasarkan nilai penjualan kotor barang dan jasa selama periode tertentu?
Di Indonesia GMV terbesar pada 2022 berasal dari sektor e-commerce dengan nilai estimasi USD59 miliar. Kemudian sektor ekonomi digital lainnya, yaitu jasa transportasi, pesan antarmakanan, dan pemesanan tiket perjalanan, sebesar USD8 miliar.
Berikutnya, masih mengacu data Google, Temasek, dan Bain & Company, pasar media online dan travel online masing-masing USD6,4 miliar dan USD3 miliar. Pasar digital Indonesia diperkirakan tetap akan terus tumbuh dan tetap menjadi yang terbesar di Asia Tenggara sampai 2030.
Pengembangan pasar ekonomi digital pada 2025 diperkirakan meningkat menjadi sekitar USD144 miliar. Namun, ada sejumlah tantangan ekonomi makro yang berpotensi membebani prospek pertumbuhan ini.
“Dengan perlambatan ekonomi dan pasar tenaga kerja yang melemah, pengeluaran nonesensial konsumen akan berkurang,” kata Google, Temasek, dan Bain & Company dalam laporannya.
Dari gambaran di atas, wajar beberapa negara kini menjadikan ekonomi digital sebagai berkah, serta menjadi kunci pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Indonesia termasuk yang menikmati
pertumbuhan ekonomi digital tersebut.