goodmoneyID – Hari ketiga Global Future Fellows (GFF) oleh Pijar Foundation di Sofitel, Nusa Dua, Bali, diawali dengan dengan Keynote Speech oleh Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia Suahasil Nazara berbicara mengenai peran pendanaan inovatif untuk mendukung proses transisi energi.
Topik transisi energi tidak dapat lepas dari kondisi yang kita hadapi bersama saat ini, bukan tiba-tiba terjadi dan bukan karena noble cause semata namun transisi energi adalah topik yang memerlukan komitmen jangka panjang.
Wamenkeu Suahasil menyampaikan paparan tentang peta jalan pajak karbon yang dirancang untuk transisi yang adil dan berkelanjutan periode tahun 2021-2060, dengan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan mempercepat transisi energi.
“Bicara transisi energi tidak mungkin lepas dari emisi karbon nol. Selain itu, diperlukan perhitungan matang dalam Mekanisme Transisi Energi (Energy Transition Mechanism/ETM) karena untuk menghasilkan clean energy dan carbon reduction serta menutup pembangkit listrik berbahan bakar fosil memerlukan dukungan pendanaan yang tidak sedikit.” ” ucap Wamenkeu Suahasil.
Financing gap dalam pendanaan Country Platform ETM dapat bersumber dari APBN dan alternatif pendanaan lainnya. Salah satu tugas para future leader’s yang mengikuti GFF Program ini adalah memastikan apakah komitmen net zero emission dapat dicapai melalui perhitungan yang cermat serta mengetahui lanskap persoalan baik dalam jangka pendek dan panjang. Saya mengapresiasi Pijar Foundation untuk program GFF yang melibatkan 36 Fellows dari berbagai sektor. Anda sekalian adalah pemimpin dan harapan Indonesia masa depan.
Setelah Keynote Speech, agenda dilanjutkan dengan Panel Talk yang dimoderatori oleh Tiza Mafira, Direktur di Climate Policy Initiative juga menjelajah beberapa cara untuk menutup kesenjangan pendanaan transisi energi.
Pada sesi ini, GFFellows diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan para pemimpin terkemuka, yakni John Vong dari Climateworks/Monash University Indonesia, Hiroshige Muraoka dari Nomura Research Institute Singapore, dan Brasukra G. Sudjana dari Sekretariat ASEAN.
Diskusi panel membahas pendanaan sebagai salah satu tantangan terbesar, karena kapasitas fiskal pemerintahan yang terbatas setelah pengalihan anggaran untuk mengatasi pandemi COVID-19. Para pembicara menekankan pentingnya kerjasama multi-pihak yang konkret dan revenue sharing untuk mencapai transisi energi yang berkelanjutan dan inklusif.
Di hari ketiga ini, Cazadira F. Tamzil selaku Direktur GFF menekankan pentingnya kesepakatan bersama terkait pengembangan teknologi, talenta, dan pembiayaan agar Indonesia dapat mencapai target-target berkelanjutan.
“Inilah yang dilakukan oleh program GFF melalui pembuatan Rencana Aksi Bersama (Action Roadmap) yang bersifat praktis. Kemitraan di tingkat lokal, nasional, regional, maupun global merupakan hal yang penting untuk meneyimbangkan pembangunan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan pencapaian target-target transisi energi,” ucap Cazadira.
Pada sesi ini, ke-36 Fellows diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan para pemuda dan komunitas lokal serta UMKM yang bergerak di bidang keberlanjutan. Pijar Foundation bekerja sama dengan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) untuk mengadakan “Fellows Day Out” dalam mewujudkan semangat Pijar “tata kelola kolaboratif” yang tidak hanya menekankan pentingnya kemitraan multi-pihak, tetapi juga kemitraan antargenerasi. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara Pekan Ekonomi Membumi yang diselenggarakan dan UKM yang bekerja sama dengan LTKL, Koalisi Ekonomi Membumi, SMESCO, dan Pijar Foundation.
Suara pemuda diwakilkan oleh Direktur Yayasan Peta Bencana Nashin Mahtani, Michael V. Sianipar selaku Co-chair Y20 Indonesia 2022, Managing Director Nara Synergy Angeline Callista, Program Manager Lestari, Pijar Foundation Leorede Thenu, serta perwakilan Koalisi Ekonomi Membumi Irma Sitompul. Pada sesi ini juga menghadirkan workshop Inovasi Lestari dari UMKM Lokal yang berfokus pada produk-produk yang ramah lingkungan dan sosial.