3 Alasan Utama UMKM Sulit Go Digital

Loading

goodmoneyID – Meski digitalisasi sudah terbuka lebar, nyatanya ada kendala untuk UMKM dalam memasuki digitalisasi. Ada beberapa alasan mengapa UMKM kesulitan mengadopsi digitalisasi. Salah satu dan paling utama adalah kurangnya kemampuan UMKM dalam memanfaatkan teknologi digital itu sendiri, baik dalam memasarkan produknya maupun untuk kegiatan-kegiatan lainnya. Kedua Keterbatasan Infrastruktur dan tenaga kerja yang terampil mengelola digitalisasi. Ketiga Masih rendahnya tingkat Literasi keuangan masyarakat Indonesia.

  1. Kurangnya Kemampuan Digitalisasi

Kemampuan digitalisasi ini sangat penting sebagai pondasi kita cakap menggunakan platform digital. Minimal para pelaku UMKM kini wajib punya dan tahu cara mengoperasikan smartphone mereka. Bukan hanya sekedar untuk chat, selfie dan nonton video. Smartphone merupakan langkah awal dan paling mudah yang bisa dilakukan pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnis mereka secara digital. Dengan smartphone yang dibekali dengan aplikasi pendukung seperti e-commerce, e wallet, dan sosial media para pelaku UMKM sebetulnya sangat bisa memanfaatkan peluang ini untuk memperkenalkan bisnis mereka secara lebih luas bahkan ke seluruh dunia. Namun ada kendala yang kedua yakni keterbatasan Infrastruktur dan tenaga kerja yang cakap.

  1. Keterbatasan infrastruktur dan tenaga kerja

Kondisi pandemi Covid-19 ini menunjukan bahwa ketersediaan infrastruktur digital menjadi begitu krusial. Ditambah lagi, keadaan geografis Indonesia yang terdiri lebih dari 17.000 pulau, mengakibatkan Indonesia memiliki bentangan wilayah geografis yang sangat luas. Selain itu kondisi sebagian wilayah Indonesia memiliki kontur geografis berupa pegunungan dan banyak sungai. Hal tersebut mengakibatkan pembangunan infrastruktur digital dengan cakupan hingga ke berbagai daerah pelosok menjadi faktor penting pembangunan digital infrastruktur di Indonesia.

maka kita semakin yakin bahwa infrastruktur digital merupakan hal yang penting untuk dapat diwujudkan guna menghadapi tantangan zaman yang akan memasuki era 4.0. Apabila Indonesia tidak menyiapkan diri, maka kita akan semakin jauh tertinggal dengan negara-negara lain.

  1. Rendahnya tingkat literasi digital, literasi keuangan, dan literasi keuangan digital

Hasil Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) yang digelar OJK menunjukkan tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia saat ini meningkat menjadi 49,68 persen dari sebelumnya masih di angka 38,03 persen pada 2019. Meski angkanya telah meningkat tapi angka ini masih jauh dibawah negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.

Sementara angka literasi digital masyarakat Indonesia masih berada di angka 3,49 dari skala 0 sampai 5. Kemudian, digital skill masyarakat Indonesia juga masih di angka 4,51 atau berada pada peringkat ke 10 di antara negara G20, ditambah inklusivitas internet juga masih berada di peringkat 57 dunia. Indonesia juga mengalami kondisi dimana sektor TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) yang ekslusif, dimana hanya dinikmati oleh kalangan berada.

Dengan masih rendahnya literasi keuangan maupun literasi digital ini, Pemerintah saat ini terus  berupaya memberikan pelatihan dan pendidikan keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat di berbagai daerah. Kemudian, dibarengi dengan pembangunan infrastruktur digital, khususnya untuk daerah- daerah yang belum terjangkau Teknologi Informasi dan Komunikasi, demi mewujudkan target 30 juta UMKM Go Digital di tahun 2024.