goodmoneyID – Sejak wabah Vrius Corona (COVID-19) menyerang, segala produk kesehatan baik obat maupun herbal, diklaim ampuh cegah dan menyembuhkan virus tersebut, dan mendadak memebuat produk tersebut laris manis di pasaran. Tak terkecuali ragam rempah nusantara seperti temulawak, jahe, dan kunyit. Mereka dipercaya bisa meningkatkan daya tahan tubuh sehingga bisa menangkal transmisi COVID-19. Lantas benarkah hal tersebut?
Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Kementerian Pertanian, Evi Savitri Iriani menyampaikan bahwa tanaman jahe, kunyit dan temulawak adalah tanaman rempah yang mengandung partikel kekebalan tubuh. Menurut dia, baik temulawak maupun jahe mengandung senyawa kurkumin dan gingerol yang sangat aman dikonsumsi masyarakat.
“Herbal khususnya kunyit dan temulawak mengandung kurkumin. Sementara jahe mengandung gingerol yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh bila diminum secara rutin,” terang Evi, di Jakarta, (19/3) lalu.
Meski demikian, kata Evi, masyarakat sebaiknya mampu membedakan antara produk obat, tanaman obat dan tanaman rempah. Produk obat, menurut dia adalah tanaman yang sudah diolah menjadi ramuan dan obat di Kementerian Kesehatan. Sedangkan tanaman obat dan tanaman rempah adalah jenis tanaman yang bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
“Kalau di kita (Kementan) belum bisa sampai ke produksi obat karena kita tidak punya wewenang untuk uji klinis yang harus dilakukan dokter,” katanya.
Untuk meningkatkan kebugaran tubuh, lanjut Evi, masyarakat dianjurkan meminum ramuan rempah dan serbuk olahan ini sekali dalam sehari. Pola hidup sehat tersebut bisa dilakukan dengan cara sederhana, yakni merebus bahan rempah dengan air mendidih.
“Atau bisa juga menggeprek bahan rempah lalu menyiramnya dengan air panas. Bisa juga minum yang instan, walapun biasanya sudah ada gulanya, jadi jangan kebanyakan karena nanti malah kadar gula meningkat. Kalau yang sudah berupa kapsul ikuti saja aturan pakai di kemasan,” tambah Evi.
Sejauh ini, Balittro sudah menghasilkan beberapa varitas rempah unggul serta menyediakan benih dan budidaya untuk kebutuhan tanaman rampah dan obat. “Kita sudah menghasilkan varitas jahe merah, jahe emprit, kunyit, temulawak, kencur, pala, lada, cengkeh dan kayumanis,” imbuhnya.
Sementara itu, Kasubdit Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Kementan, Wiwi Sutiwi mengatakan bahwa konsumsi tanaman obat tahun ini cenderung meningkat, karena banyak masyarakat yang mulai sadar akan pentingnya kebugaran tubuh melalui konsumsi produk pertanian yang banyak mengandung vitamin dan zat yang bemanfaat untuk kesehatan serta alami.
“Terutama setelah adanya kasus penularan covid 19 yang membuat masyarakat menyadari pentingnya produk pertanian untuk kesehatan. Bahkan akhir-akhir ini konsumsi tanaman obat terutama jahe, kunyit dan temulawak cendrung meningkat tajam,” katanya.
Berkaitan dengan ini, kata Wiwi, pemerintah akan mengimbangi peningkatan tersebut dengan pengembangan kawasan tanaman obat di sejumlah wilayah seperti Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
“Untuk mengimbangi angka konsumsi, kta akan mengembangkan kawasan tanaman obat (jahe, merah, jahe gajah, jahe emprit) dan tanaman lainya di sejumlah daerah. Produksi jahe harus meningkat dari angka tahun 2019 yang hanya 173.888 ton,” tutup Wiwi.