goodmoneyID – Bank Indonesia dan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) menggelar Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di Jakarta Convention Center Senayan, Jakarta pada 12 sampai 16 November 2019. ISEF ke 6 ini mengusung tema “Mendukung Ekonomi Syariah Sebagai Motor Baru Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Yang Kuat Dan Berkelanjutan”.
Kepala Bank Indonesia Institut, Solikin M. Juhro, mengatakan ekonomi syariah memempunyai beberapa pilar utama yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. “Kita menjadikan ekonomi syariah ini sebagai mesin baru, dalam rangka mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional yang kuat dan inklusif,” ujarnya.
Pilar pertama, ekonomi syariah memperdayakan ekonomi halal seperti wisata halal dan produk-produk halal seperti makanan, kosmetik dan fesyen. Kedua ekonomi syariah menerapkan sistem bagi hasil tanpa riba. Ketiga, terdapat social finance seperti wakaf dan zakat.
Ekonomi syariah di Indonesia digadang-gadang mampu menjadi alternatif untuk menghasilkan pendapatan negara ketika kondisi ekonomi global tidak menentu seperti sekarang ini. “Dengan total populasi pendududk di Indonesai yang 90% mayoritas muslim, tentu potensi umat yang banyak ini bisa mendorong prinsip prinsip ekonomi syariah untuk menciptakan produktivitas kerja dan inovasi barang dan pelayanan pada jasa,” kata Solikin.
BI dan KNKS melalui ISEF 2019 ini mengharap indoensia sebagai negara dengan populasi muslim terbanyak bukan lagi sebagai konsumen namun Indonesia mampu menjadi produsen utama pada industri produk dan layanan jasa halal.
“Tujuan dari kegitan ini sebagai kita punya potensi sebagai pelaku usha bisnis halal, bukan lagi sebagai konsumen. Kita punya pemberdayaan ekonomi dari pesantren, dengan strategi ISEF ini kita ingin menjadi peserta utama, dan ujungnya kita sebagai player pelaku usaha bisnis halal utama di dunia,” pungkas Solikin.