goodmoneyID – Kondisi pasar modal Indonesia pada tahun 2020 diprediksikan akan membaik dan lebih clear sehingga sangat prospektif untuk melakukan keputusan investasi. Demikian sedikit kutipan dari presentasi yang disampaikan oleh para pembicara di acara BNI-AM Market Outlook 2020 di Yogyakarta.
PT BNI Asset Management (BNI-AM) menyelenggarakan acara Market Outlook 2020 dengan tema “2020 Vision : Clearer View for Growth”. Tema ini dipilih dengan pertimbangan market di tahun 2020 lebih bergairah dibandingkan tahun 2019 karena beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi kondisi perekonomian global dan domestik terutama pasar modal sudah terlewati di tahun 2019 yang lalu.
Pada acara ini, BNI-AM menghadirkan beberapa pembicara yang kompeten di bidangnya masing-masing diantaranya dari Kunta Wibawa Dasa Nugraha, Direktur Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Kementrian Keuangan RI; Rohit Jaggi, VP Morgan Stanley Capital International (MSCI); Jamie Douglas Coutts, Senior Equity Workflow Specialist Bloomberg Singapore, Piter Abdullah, Direktur Riset CORE Indonesia serta Putut Andanawarih Direktur Investasi dan Operasional BNI-AM dan Yekti Dewanti – Head of Equity Portfolio Management BNI-AM.
“Kami melihat negara-negara di seluruh dunia bereaksi cukup cepat terhadap perlambatan ekonomi. Stimulus-stimulus seperti penurunan suku bunga, penurunan Giro Wajib Minimum, serta easing stimulus lainnya dilakukan oleh berbagai negara dunia untuk dapat bertahan dari ancaman perlambatan. Stimulus-stimulus tersebut cukup membuahkan hasil, dimana pertumbuhan GDP AS tidak melambat separah yang diperkirakan, begitupun juga dengan China dan India, bahkan Indonesia,” ujar Putut Andanawarih, Direktur BNI-AM seperti daslam rilisnya kepada goodmoneyID, Kamis (16/1).
Pada 2020, BNI-AM melihat risiko dari terjadinya resesi mulai berkurang setelah data-data ekonomi dunia tidak seburuk yang awalnya dikhawatirkan. Akan tetapi, melihat era suku bunga rendah masih akan persists, dikarenakan diperlukan insentif-insentif untuk menstimulus ekonomi.
Dari AS, titik penting ada di domestic consumption, karena hal tersebut yang berhasil menopang pertumbuhan ekonomi AS di tahun 2019. Jika konsumsi domestik berhasil di-maintain, maka potensi resesi dapat berkurang. Dari China, stimulus juga sepertinya masih akan diberikan, mengingat perang dagang masih menjadi overhang, meskipun tensinya sedikit menurun. Untuk perekonomian Indonesia tahun 2020 diprediksi lebih baik dibandingkan dengan tahun 2019.
“Kondisi Indonesia, kami melihat pasca PilPres 2019 dan konsolidasi dari pemerintahan, saat ini pemerintah sudah dapat berfokus untuk mengerjakan rencana dan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Omnibus Law menjadi salah satu yang ditunggu, karena di dalamnya akan termasuk UU Tenaga Kerja, pemotongan pajak korporasi yang dapat mendorong investasi masuk ke Indonesia. Struktur trade balance Indonesia juga terlihat membaik, terutama dari sisi oil & gas. Terlihat impor oil dan gas Indonesia berangsur membaik selama 2019, yang merupakan katalis positif bagi nilai tukar rupiah,” imbuh Putut.
Searah dengan perkembangan tren industri investasi ini, awal tahun 2020 BNI-AM menerbitkan Reksa Dana ETF bertema ESG dengan nama Reksa Dana BNI-AM ETF MSCI ESG Leaders Indonesia (kode produk di BEI : XBES) yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia 9 Januari 2020 lalu.
Reksa Dana ETF ini merupakan reksa dana ETF kedua yang diterbitkan oleh BNI-AM setelah Reksa Dana BNI-AM Nusantara ETF MSCI Indonesia Equity Index (kode : XBNI) pada tahun 2018 yang lalu. Jika dilihat dari terbitnya beberapa Reksa Dana ETF, XBES merupakan Reksa Dana ETF ke-39 yang telah dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2020 ini BNI-AM mempelopori pencatatan dan perdagangan ETF pertama di tahun 2020 di BEI.
“Kami meluncurkan XBES untuk menyediakan varian produk bagi investor yang ingin mengoptimalkan kinerja investasi dengan portofolio investasi emiten berfundamental baik dan mempertimbangkan aspek ESG (Environment, Social and Governance). ETF ini dapat dengan mudah dicari di BEI karena diperdagangkan melalui pasar primer dan pasar sekunder di BEI,” demikian penjelasan Putut.
XBES berfokus pada ETF ESG dimana saham perusahaan-perusahaan yang masuk didalamnya adalah perusahaan yang memiliki scoring ESG yang paling baik di masing-masing sektornya.
“Faktor ESG kini menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan bagi banyak investor –terutama institusi- untuk menentukan arah investasinya, sehingga BNI-AM perlu menerbitkan ETF dengan tema ESG. Alasan lain mengapa kami memilih ETF ESG adalah perusahaan yang mampu menghasilkan imbal hasil yang tinggi dan sustainable dalam jangka panjang adalah perusahaan yang memiliki pengelolaan ESG yang baik. Good ESG menjadi indikator good management quality dan dalam jangka panjang turut kontribusi pada pertumbuhan perusahaan,“ jelas Putut.
BNI-AM menggunakan indeks MSCI ESG Leaders Indonesia sebagai benchmark dengan pertimbangan: (1) MSCI merupakan salah satu penyedia riset ESG terbaik di dunia dengan metodologi mengacu pada international practice; (2) berpengalaman lebih dari 40 tahun dalam mengukur kinerja ESG perusahaan di seluruh dunia; (3) riset MSCI telah menjadi acuan standar bagi top 46 asset manager dan 1300 investor di seluruh dunia; (4) telah diakui sebagai Gold Standard Provider ; dan (5) telah melakukan rating ESG di lebih dari 7.000 perusahaan.
BNI-AM merupakan MI pertama yang meluncurkan Reksa Dana ETF dengan tema ESG di Indonesia yang menggunakan MSCI ESG Leaders sebagai benchmarknya. “Kami yakin bahwa XBES ini akan menjadi salah satu ETF yang diminati oleh investor khususnya investor institusi,” pungkas Putut.