goodmoneyID – Rencana pembentukan holding atau induk usaha BUMN untuk pembiayaan usaha ultra mikro (UMi) terus mendapat dukungan dari banyak kalangan pengamat perbankan. Holding UMKM dinilai menjadi momentum perbaikan ekosistem guna mendorong multiplier effect terhadap ekonomi nasional.
Rencananya ada tiga BUMN yang terlibat dalam holding pembiayaan UMi dan UMKM, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Permodalan Nasional Madani (Persero), dan PT Pegadaian (Persero).
Ekonom senior Indef Aviliani mengatakan ketiga pelaku jasa keuangan tersebut fokus pada pembiayaan UMKM, yang sebelumnya saling berkompetisi.
Pembentukan holding ini justru akan memperbaiki ekosistem pembiayaan sektor UMKM. Pelaku UMKM akan memiliki jenjang pendampingan yang lebih jelas guna terus mendorongnya naik kelas.
“Dalam integrasi ini, perbaikan ekosistem akan menjadi kunci utama. Hal ini tentunya akan memberi dampak positif juga pada ekonomi nasional yang masih berada dalam tahap pemulihan,” katanya, di Jakarta, Rabu (28/1).
Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perbanas ini menjelaskan rencana aksi korporasi ini akan membuat perpaduan dana dari pelaku UMKM menjadi lebih baik. Number of account (NoA) yang dimiliki khususnya oleh induk yakni Bank BRI pun akan semakin besar.
Hal ini akan membuat penghimpunan sekaligus pengolahan datanya akan semakin baik. Terlebih, digital banking dan bahkan neo bank ke depannya akan lebih marak dalam memberikan pembiayaan maupun pendampingan pada UMKM.
Bagi Pegadaian dan PNM, Aviliani berpendapat integrasi ini akan sangat membantu pengembangan bisnis mereka lebih cepat dan kompetitif. Pasalnya, saat ini saja BRI telah memiliki basis nasabah penabung dan bahkan channel pembiayaan luar negeri yang kuat, sehingga mampu mendukung keperluan ekspansi calon anak usahanya tersebut.
Dalam kesempatan terpisah, Pengamat perbankan dari Universitas Bina Nusantara Doddy Ariefianto menyampaikan rencana aksi korporasi ini akan membuat BRI Group semakin besar.
“Dan memang yang harus didorong ke depan adalah bank dengan size yang besar. Ini untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, sekaligus menciptakan pembiayaan berbiaya lebih terjangkau,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dia berpendapat BRI mempunyai banyak pilihan pasca aksi korporasi tersebut. Apalagi bank dengan aset terbesar memiliki bank yang akan didorong menjadi digital, dan perusahaan keuangan non-bank lain yang dapat berkolaborasi dalam pengembangan UMKM lebih lanjut.
Menilik kinerja pembiayaan, posisi September 2020 lalu BRI mencatatkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp 935,35 triliun atau tumbuh 4,86 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Angka ini lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit industri sebesar 0,12 persen (data OJK September 2020).
Penyokong utama pertumbuhan kredit BRI adalah segmen mikro dan segmen ritel menengah, di mana penyaluran kredit mikro tumbuh sebesar 8,91% secara tahunan dan kredit ritel menengah tumbuh 9,93 persen dibandingkan posisi akhir September 2019.
Komposisi kredit UMKM BRI dibanding total kredit BRI pun tumbuh secara signifikan dari 78,10 persen pada kuartal III/2019 menjadi 80,65 persen pada kuartal III/2020. Dengan demikian, untuk pertama kalinya BRI mampu mencapai porsi kredit UMKM sebesar 80 persen pada kuartal III/2020.
Menteri BUMN Erick Thohir belum lama ini menyebut konsolidasi bisnis BRI, PNM, dan Pegadaian dilakukan demi mendorong terciptanya pusat data (database) terpadu UMKM. Keberadaan database ini menjadi kunci untuk mendorong para pelaku UMKM naik kelas.
Jadi kita kelihatan, yang tadinya (pelaku usaha) tidak bankable, sekarang pinjamannya Rp2 juta-Rp10 juta, nanti kalau pinjamannya Rp20 juta-Rp30 juta itu dibantu Pegadaian, kalau di atas Rp50 juta BRI masuk. Nah ini kami sinergikan. Keberpihakan kepada pelaku UMKM harus dari pemerintah, swasta, atau BUMN, tutur Erick.