goodmoneyID – Seiring dengan mulai berjalannya aktivitas bisnis dan perekonomian di beberapa Negara. Pakar ekonomi dan keuangan memperkirakan bahwa ekonomi global akan membaik di 2021, dengan industri berbasis teknologi menjadi sektor yang paling tangguh.
Hal ini menjadi topik utama diskusi yang diadakan oleh The Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) dengan para pakar industri di kawasan Asia Tenggara.
Southeast Asia (SEA) Virtual Economic Forum 2020 yang diselenggarakan oleh ICAEW, menyimpulkan bahwa ada tiga hal yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis dan ekonomi agar dapat beradaptasi dengan keadaan new normal. Ketiga hal tersebut adalah trust (rasa percaya), talent (sumber daya manusia), dan technology (teknologi).
“Upaya pemulihan ekonomi yang kita butuhkan harus mencakup solusi-solusi berkelanjutan yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, namun juga bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar Mark Billington, ICAEW Regional Director, Greater China and South-East Asia, dalam acara tersebut, Jumat (12/6).
Mark menambahkan, seiring dengan Negara-Negara di kawasan mulai melonggarkan kebijakan lockdown dan kembali membuka aktivitas perekonomian. Pelaku bisnis dan organisasi harus mampu beradaptasi dengan situasi new normal, sehingga mereka bisa tetap tumbuh dan beroperasi secara berkelanjutan pasca pandemi ini.
“Salah satu pelajaran positif yang dapat kita ambil dari pandemi ini, antara lain bagaimana adopsi teknologi terjadi begitu cepat, teknologi yang sebelumnya hanya merupakan kebutuhan tersier kini telah menjadi kebutuhan sehari-hari kita,” ujar Mark.
Adapun kinerja ekonomi global selama semester pertama 2020, menunjukkan bahwa saat ini tengah menghadapi resesi sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Para pakar pun memprediksi bahwa ketidakpastian ekonomi masih akan terus berlanjut.
“Berdasarkan laporan yang dipublikasikan oleh ICAEW dan Oxford Economics, PDB dunia diprediksikan akan menurun sebesar 4,7% di tahun 2020. Angka ini menunjukkan dampak yang dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan krisis finansial global pada tahun 2008, dan merupakan resesi global terbesar pasca perang,” ujar Mark.
Berdasarkan data PDB yang telah dirilis oleh berbagai Negara, ekonomi global diperhitungkan menyusut sebesar 2,4% pada kuartal pertama 2020. Sebagai perbandingan, ekonomi global “hanya” menurun sebesar 0,1% sepanjang tahun pada krisis finansial global 2009. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini Dunia telah melihat dampak berat pandemi Covid-19 terhadap perekonomian.
Sektor pariwisata menjadi industri yang paling terdampak dari pandemi Covid-19. Saat ini, terlihat kemungkinan terjadinya penurunan sebesar 58% hingga 78% pada pergerakan wisatawan di seluruh dunia setiap tahunnya. Angka ini jauh lebih ekstrim dibandingkan dengan pada masa wabah SARS tahun 2002-2004 yang mengalami penurunan sebesar 0,4% dan pada krisis finansial global tahun 2008-2009 yang mengalami penurunan sebesar 4%.
Untuk kawasan Asia Tenggara sendiri, ICAEW memprediksi bahwa sebagian besar Negara di Asia Tenggara akan menghadapi resesi di semester pertama 2020, sebelum mengalami kontraksi sebesar 1,9% di tahun yang sama. Perekonomian Negara-Negara ASEAN seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Vietnam diperkirakan akan menurun sebesar 0,7% di tahun 2020, dibandingkan dengan ekonomi global yang diperkirakan akan menurun 4%.
“Namun, Indonesia terlihat mengalami dampak yang sedikit lebih ringan dengan PDB yang akan tumbuh sebesar 1,1%. Situasi ini diramalkan akan membaik di 2021 seiring dengan mulai kembalinya aktivitas ekonomi,” ujar Mark.
Secara global, ramalan skenario terbaik yang dibuat oleh IMF menunjukkan bahwa ekonomi global akan turun sebesar 3% tahun ini dan kembali tumbuh 5,8% di tahun 2021. Tetapi, ekonomi bisa jatuh hingga 5,8% apabila harus menghadapi skenario terburuk.
Sementara itu, ramalan skenario terbaik dari WTO memperkirakan bahwa rata-rata ekspor dan impor dunia akan menurun sebesar 12,9% pada tahun ini. Namun, dapat kembali tumbuh sebesar 21,9% di tahun 2021. Sedangkan, dengan skenario terburuk, angka ini bisa jatuh hingga 31,9% tahun ini dan membaik sebesar 24% di tahun 2021.
Untuk kawasan Asia Tenggara, ICAEW memprediksikan bahwa pertumbuhan PDB kawasan nantinya akan membaik hingga rata-rata 8% di 2021. Serangkaian paket stimulus fiskal dan pelonggaran moneter dari otoritas di seluruh bagian kawasan diperkirakan akan menjadi kontributor penting terhadap pemulihan ekonomi di kawasan.
“Melihat ke depan, infrastruktur ICT (Information and Communications Technology) dan digital akan menjadi kunci dalam pemulihan ekonomi. Industri-industri berbasis teknologi, mulai dari tele-medicine, penyedia layanan konferensi virtual, hingga teknologi pendidikan, telah membuktikan industrinya tetap dapat beroperasi dengan kuat di tengah pandemi global,” kata Mark.
Tetapi, teknologi saja tidak akan dapat memecahkan masalah apabila tidak didukung dengan kapasitas sumber daya manusianya. Ini dapat dipelajar dari Vietnam sebagai sesama negara Asia Tenggara yang telah sukses lebih cepat meredam Covid-19 dibandingkan dengan Negara lainnya.
Country Director of the Department for International Trade, British High Commission, Justinian Habner yang juga menjadi pembicara di ICAEW SEA Virtual Economic Forum 2020, mengungkapkan bahwa dirinya optimis ke depannya akan ada lebih banyak negara yang terbuka terhadap kerja sama perdagangan guna mengakselerasi dan memulihkan perekonomiannya pasca pandemi.