goodmoneyID – Industri petrokimia, termasuk pupuk, merupakan suatu industri manufaktur yang memiliki proses paling kompleks. Bagaimana tidak, proses produksi di pabrik pupuk melibatkan seluruh fasa zat, mulai dari gas, cair, hingga padat, yang diolah dengan seluruh ilmu teknik kimia untuk menghasilkan output bermanfaat bagi berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Di satu sisi, penggunaan bahan baku yang tidak terbarukan atau berasal dari fosil, menuntut industri petrokimia mengimplementasikan teknologi tingkat tinggi dalam proses produksinya, agar lebih hemat dalam mengonsumsi energi dan menjaga keberlanjutan.
Di pabrik PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), yang merupakan produsen pupuk Urea terbesar Indonesia, Direktorat Operasi dan Produksi menjadi “dapur”-nya perusahaan, atau dalam kata lain merupakan core process business perusahaan.
Di bawah kepemimpinan Hanggara Patrianta (Ipong) selaku Direktur Operasi dan Produksi, direktorat tersebut bertanggung jawab untuk menyediakan produk pupuk dengan kualitas prima yang memiliki daya saing tinggi, sambil memastikan proses produksi yang efisien, mengedepankan keselamatan dan ramah lingkungan.
Direktorat yang ia pimpin memegang peranan penting, apalagi mengingat perusahaan ini bergerak di industri petrokimia, yang didorong untuk menjadi industri hijau oleh Kemenperin. Industri hijau merupakan industri yang dalam proses produksinya menerapkan upaya efisiensi dan efektivitas terhadap sumber daya secara berkelanjutan.
Ipong paham betul bahwa berkecimpung di industri dengan tingkat kompleksitas produksi yang tinggi, kerap memberikan tantangan tersendiri, terlebih seiring dengan transformasi industri 4.0 saat ini. Berbekal pengalamannya selama lebih dari 30 tahun, dia melihat bahwa adaptasi teknologi dan SDM menjadi kunci produktivitas sebuah pabrik di industri petrokimia.
“Dalam mengoperasikan pabrik petrokimia, dibutuhkan SDM yang berkompetensi tinggi untuk dapat menjaga operasional pabrik dengan baik dan efisiensi tinggi. Terlebih saat ini kita semua berada di tengah isu perubahan iklim, sehingga inovasi teknologi terkini juga harus dilibatkan guna meningkatkan produktivitas dengan tetap fokus pada keberlanjutan lingkungan dan ekosistem alam,” ujar pria kelahiran Yogyakarta, 56 tahun silam, dalam keterangan resminya, Selasa, (29/6).
Ipong juga menambahkan, manajemen Perusahaan harus mampu beradaptasi pada penerapan teknologi termutakhir dan memperlengkapi para pekerjanya mengadaptasi digital.
Walaupun kompleks, ternyata bekerja di industri ini merupakan impian Ipong sejak masih berkuliah di Universitas Gadjah Mada, 30 tahun yang lalu. Karena itu, ia tetap mengikuti perkembangan teknologi dan mendorong seluruh tim PKT lintas generasi untuk terus mengembangkan kompetensi, agar mampu memenuhi kebutuhan industri saat ini.
Mengadopsi strategi kepemimpinan “unboss”, Ipong juga terus berupaya untuk merangkul dan menjembatani perbedaan antar budaya dan generasi karyawan yang saat ini didominasi oleh milenial. Bersama tim di direktoratnya, Ipong mengawal implementasi Smart Production di PKT.
Smart production yang dilakukan PKT adalah digitalisasi dan integrasi data secara online seluruh lini proses produksi, meliputi performa pabrik (produksi, konsumsi energi, inventori dan operasional pabrik), kualitas dan stok produk, evaluasi kesehatan dan pemeliharaan aset, kinerja lingkungan, serta dilengkapi dengan sistem alarm.
Masing-masing lini ini dilengkapi dengan platform teknologi informasi yang dirancang khusus, yang terhubung dengan manajemen PKT untuk memudahkan pengambilan keputusan. Jika dibandingkan dengan teknologi lama, smart production mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap efisiensi energi.
Hingga Mei 2021, PKT berhasil melakukan efisiensi energi sebesar 2,69% di pabrik Amoniak dan 3,88% di pabrik Urea, terhadap target intensitas energi yang ditetapkan oleh Pemegang Saham.
Ipong optimis bahwa strategi smart production dapat menjadi salah satu akselerator dalam mengadopsi inovasi teknologi terkini yang menjalankan otomasi, trending dan prediksi, mulai dari proses operasi hingga maintenance.
“Implementasi smart production yang menyeluruh dapat membantu perusahaan meningkatkan produktivitas dan kinerja proses bisnis. Proses monitoring dan evaluasi kinerja operasional juga dapat dilakukan secara real time. Hal ini tentunya akan menunjang kecepatan manajemen dalam pengambilan keputusan terkait operasional perusahaan terutama dalam menghadapi kondisi VUCA – Volatile (bergejolak), Uncertain (tidak pasti), Complex (kompleks) dan Ambigue (tidak jelas), sehingga diharapkan Perusahaan dapat menjalankan proses bisnis operasional secara lebih adaptif, sesuai kebutuhan pasar dan berdaya saing global,” jelas Ipong.
Implementasi smart production di pabrik PKT sendiri dikombinasikan dengan penerapan Sistem Manajemen Energi berbasis ISO 50001. Guna semakin memaksimalkan dampak dari smart production di Perusahaan dan menciptakan SDM yang semakin siap dan terlatih, Ipong membentuk tim “champion” yang mengawal implementasi smart production dan bertugas sebagai tim change management untuk memperlancar perubahan proses kerja.
Upaya transformasi industri 4.0 yang dilakukan PKT dari hulu ke hilir melalui strategi smart production ternyata berhasil diakui oleh industri, melalui penganugerahan yang diterima PKT dari Kementerian Perindustrian sebagai National Lighthouse Industry 4.0 pada April 2021.
Hal ini menjadi suatu kebanggaan tersendiri karena PKT menjadi perusahaan pertama dan satu-satunya di lingkungan BUMN yang berhasil meraih predikat tersebut dan menjadi role model bagi pelaku industri, sekaligus menjadi mitra dialog pemerintah dalam implementasi industri 4.0 di Indonesia.
“Sebagai seorang process engineer, bekerja dalam suatu industri manufaktur yang memiliki proses yang paling kompleks tentu menjadi suatu impian, terlepas dari berbagai tantangan di dalamnya. Apalagi dengan berbagai pencapaian yang didapat, membuat kami sebagai tim semakin semangat untuk terus menjadi pionir yang kuat ditempa tangangan dan maju dengan karya bermutu,” jelas Ipong.
Pria yang kerap menghabiskan waktu luangnya dengan bermain gitar bersama bandnya ini juga berpesan bagi engineer muda di luar sana yang ingin menjadi bagian dari industri petrokimia. “Untuk dapat menjadi seorang engineer yang handal, kosongkanlah selalu gelas kalian, peganglah kode etik profesi engineer, bekerjalah dengan ikhlas dan berintegritas. Industri petrokimia memang menjadi industri manufaktur yang paling kompleks, tapi dengan kompetensi yang memadai dan semangat belajar tinggi, tidak ada yang tidak mungkin untuk dicapai,” tutup Ipong