goodmoneyID – Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo) Aziz Pane menyebut bahwa industri karet alam Indonesia bisa hilang jika pemerintah tak mampu mengelolanya dengan baik. Hingga kini Aziz menyebut pemerintah tidak memiliki pola pikir jangka panjang, bagaimana membuat sebuah inovasi baru demi ekosistem dan perekonomian Indonesia.
“Pemerintah Indonesia tidak pernah berpikir jangka panjang, mereka hanya berpikir gimana 3 sampai 5 tahun kedepan. Sementara negara lain sudah melakukan ini dari sejak dulu, mereka investasi menanam menciptakan produk baru tidak lihat nanti akan dapat apa di tahun dekat. Tapi mereka lihat pencapaian di masa depan, itu yang jadi susahnya orang kita,” ujar Aziz Pane di Menara Kadin, Jakarta, Senin (20/1).
Sebelumnya upaya Pemerintah dalam mendorong penggunaan bahan bakar nabati untuk mengurangi konsumsi BBM yang berasal dari minyak bumi diawali dengan Peraturan Presiden RI No.5 tahun 2006 yang mentargetkan pemanfaatan BBM hingga 5% dari total energi primer pada tahun 2025, dan ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya mandatori penggunaan bahan bakar nabati melalui Peraturan Menteri ESDM No.32 tahun 2008.
Namun, pemanfaatan Bahan bakar nabati semenjak dikeluarkannya aturan tersebut belum pernah mencapai target. Menurut Aziz, karet termasuk tanaman perkebunan non pangan yang saat ini produksinya sudah sudah surplus tetapi tidak semuanya terserap oleh pasar.
Karet juga termasuk dalam kategori tanaman bioenergi multiguna yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi bahan baku bahan bakar nabati dengan dukungan kebijakan pemerintah yang telah mencukupi.
“Potensi Pemanfaatan karet di luar industri ban semakin terbuka lebar pasca terbitnya beberapa kebijakan terkait penggunaan energi alternatif pengganti Bahan Bakar Minyak untuk jenis diesel/solar,” terang Aziz.
Lanjut Aziz, Biodiesel dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu seperti B20. Pemanfaatan biji karet sebagai biodiesel sangat terbuka lebar.
Kandungan minyak di dalam biji karet mencapai 45.63%. Tanaman karet dapat menghasilkan 800 biji karet untuk setiap pohonnya per tahun. Pada lahan seluas 1 hektar, dapat ditanami sebanyak 400 pohon karet.
Maka untuk lahan seluas 1 hektar diperkirakan dapat menghasilkan 5.050 kg biji karet / tahun. Rendemen minyak biji karet (kering) yaitu 40-50%, sehingga diperkirakan setiap hektar tanaman karet berpotensi menghasilkan 1000 liter minyak.
“Selain Karet alam juga banyak digunakan untuk industri ban, karet saat ini telah banyak digunakan untuk industri lain seperti bahan baku campuran aspal, bantalan Jembatan serta berpotensi untuk pemanfaatan bahan bakar nabati. Itu sebabnya ini saya upayakan agar proyek ibu kota baru semua harus menggunakan produksi karet alam Indonesia,” terang Aziz.
Namun tidak mudah untuk mewujudkan ide brilian ini. Saat ini karet alam Indonesia terkendala oleh beberapa faktor antara lain banyak pohon karet yang sudah tua. Produktivitas karet alam sejak 2017 turun 15 persen di Indonesia, Thailand, dan Malaysia akibat penyakit gugur daun (pestaloptiopsis), dan dari tahun ke tahun harga karet alam cenderung turun.