Inovasi Pertanian Jadi Kunci Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi

Loading

goodmoneyID – Menginjak satu tahun pandemi Covid-19 sejak kasus pertama ditemukan di Indonesia membawa ingatan kembali akan fenomena panic buying yang sempat terjadi di beberapa tempat. Kondisi ini diperparah dengan adanya kegiatan impor yang terhambat karena kebijakan lockdown dan tentunya, masing-masing negara akan mengutamakan kebutuhan domestik terlebih dahulu. Dari fenomena ini, kita bisa melihat pentingnya upaya pemenuhan pangan dalam negeri demi menjawab ketahanan pangan melalui upaya berkelanjutan.

Global Food Security Index (GFSI) mengungkap ketahanan pangan Indonesia turun, dari posisi 62 pada 2019 ke posisi 65 pada 2020 dari total 113 negara. Tidak hanya posisi dalam indeks, posisi Indonesia dalam beberapa indikator juga masih perlu diperhatikan. Indonesia berada di posisi ke-55 pada indikator keterjangkauan, posisi ke-34 pada kategori ketersediaan serta posisi ke-89 pada kategori kualitas dan keamanan.

Turunnya posisi Indonesia dalam indeks ini mencerminkan masih perlunya upaya keras untuk mencapai ketahanan pangan.

Sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi ketahanan pangan, peningkatan produktivitas pertanian akan sangat mendorong ketersediaan pasokan pangan dalam negeri. Di lapangan, seringkali petani menemukan berbagai tantangan untuk meningkatkan produktivitas, diantaranya terkait skala usaha, luas lahan garapan dan proses menanam yang belum ekonomis; situasi cuaca yang semakin tidak menentu; hingga harga jual hasil panen yang fluktuatif akibat permintaan pasar yang menurun.

Berdasarkan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan petani dilihat dari angka nilai tukar petani (NTP), terjadi penurunan dalam satu tahun terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, meski berfluktuasi, NTP cenderung turun dari 104,16 bulan Januari tahun 2020 menjadi 103,26 pada Januari 2021.

Untuk menghadapi tantangan global seperti COVID-19, pengelolaan pertanian yang adaptif dan inovatif menjadi sangat penting dilakukan agar ketahanan pangan menjadi lebih baik dan tangguh.

Apalagi dalam masa pandemi ini petani wajib dilindungi secara memadai. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain berkolaborasi dengan offtaker, saling berbagi pengalaman, dan memanfaatkan teknologi dalam memenuhi kebutuhan primer berupa pangan. Seperti halnya yang dilakukan oleh produsen pupuk urea terbesar di Indonesia, Pupuk Kaltim.

Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi mengatakan meskipun ada sederet tantangan yang muncul di tengah pandemi, kita harus terus memunculkan berbagai kesempatan dan inovasi baru yang mampu mendukung ketahanan pangan nasional.

Foto: Ilustrasi Pupuk Kaltim

“Di Pupuk Kaltim, salah satu upaya yang kami lakukan dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan meningkatkan produktivitas mereka adalah melalui program kami yang disebut Agro-Solution. Dengan memperhatikan unsur masyarakat, lingkungan, dan ekonomi, kami senantiasa melakukan pendampingan intensif kepada petani & budidaya pertanian secara berkelanjutan untuk mendukung program ketahanan pangan nasional yang lebih baik.” ungkap Rahmad Pribadi, dalam keterangan resminya, Senin (14/3).

Selain inovasi pemberdayaan petani yang dilakukan Pupuk Kaltim, berikut beberapa inovasi lain yang bisa diterapkan untuk mendukung ketahanan pangan sebuah negara:

  • Diversifikasi bahan pangan

Demi memastikan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia tercukupi, diversifikasi menjadi hal yang patut diperhatikan. Diversifikasi pangan sendiri bertujuan mengantisipasi krisis, menyediakan pangan alternatif selain beras, menggerakkan ekonomi, dan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat. Adanya diversifikasi bahkan dapat memperbaiki kualitas tanah dan mengurangi hama dan penyakit.

  • Optimalisasi lahan sawah melalui metode pertanian pola integrated farming

Penerapan pertanian terpadu (integrated farming) adalah konsep peningkatan pendapatan ekonomi lahan yang berbasis lingkungan dan berkelanjutan, serta mengintegrasikan pertanian dan peternakan. Konsepnya sendiri merupakan zero waste, yakni meminimalisir penggunaan eksternal dan memanfaatkan secara maksimal potensi yang dimiliki. Model pertanian ini merupakan salah satu terobosan untuk meningkatkan produksi dan secara holistiknya untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

  • Implementasi teknologi berbasis industri 4.0

Semua sektor termasuk pertanian tak luput dari revolusi industri 4.0 yang menerapkan pertanian modern untuk tercapainya efisiensi. Salah satu negara yang terkenal aktif mengimplementasikan konsep ini adalah negara-negara di Eropa. Salah satu contohnya melalui penerapan teknologi mutakhir seperti robot yang merawat ladang secara mandiri dan mesin otomatis untuk memerah susu sapi. Upaya ini tentu mampu meningkatkan hasil kualitas dan efisiensi Sumber Daya Alam (SDA) yang ada.

Implementasi teknologi berbasis industri 4.0 ini rupanya juga telah diimplementasikan oleh Pupuk Kaltim. Pengembangan teknologi di perusahaan merupakan langkah peningkatan daya saing di kancah nasional maupun global. Kami telah mengimplementasikan teknologi berbasis industri 4.0 tersebut di seluruh lini perusahaan, mulai dari Smart Operation, Smart Maintenance, Smart Distribution, hingga Digital Performance Management System.

“Untuk memaksimalkan inovasi, Pupuk Kaltim juga bekerja sama dengan berbagai institusi dan lembaga pendidikan maupun riset di Indonesia untuk berbagai terobosan berbasis digital. Dengan demikian, diharapkan seluruh inovasi yang dikembangkan akan berdampak pada efisiensi,” jelas Rahmad.