goodmoneyID – Dalam acara pemaparan kinerja Industri 2019 dan Outloook Perindustrian 2020, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menyebutkan realisasi sektor industri non migas turun menjadi 4,68 pada triwulan III 2019 dibanding tahun lalu di periode yang sama.
“Kondisi Sektor Industri Pengolahan non migas pada triwulan III 2019 turun 0,34 persen menjadi 4,68 persen dibanding 2018 yoyo sebesar 5,02 persen,” ujar Agus (6/01) di Jakarta.
Namun Agus menyoroti ada 5 industri yang saat ini tumbuh besar di periode triwulan III 2019. Industri tersebut antara lain industri tekstil dan pakaian jadi sebesar 15,08 persen, industri pengolahan lainya, (Jasa Reparasi dan pemasangan mesin) sebesar 10,33 persen, industri makanan dan minuman sebesar 8,33 persen, industri kertas (percetakan) sebesar 6,94 prsen, dan industri furnitur sebesar 6,93 persen.
Untuk nilai investasi di setiap sektor industri non migas terhitung sejak Januari hingga September 2019 total investasi tehadap industri sebanyak Rp 1.216,2 triliun. Dimana investasi terbesar terdapat pada industri makanan sebesar 41,43 persen dan paling sedikit investasi di Industri Kertas dan percetakan sebesar 8,22 persen.
Meskipun kontribusi ekspor sektor industri mencapai 75,56 persen terhadap total ekspor nasional USD 139,11 miliar, namun nilainya masih lebih kecil terhadap total nilai impor. “Kontribusi ekspor sektor industri sebesar 75,56 persen terhadap total ekspor nasional USD 139,11 miliar. Memang nilai ekspor masih lebih kecil dari impor, namun jika dibanding tahun lalu kinerja impor saat ini turun menjadi USD 114,03 miliar dari sebelumnya diperiode sama yang mencapai USD 122,24 miliar, sedangkan nilai ekspor sektor industri saat ini mencapai USD105,11 miliar,” ujar Agus.
Menperin Agus menargetkan proyeksi ekspor dan impor sektor industri di 2020, di bagi menjadi dua yaitu low scenario dan high scenario. Nilai impor untuk low scenario dan high scenario sektor industri sama nilainya yaitu mencapai USD 146,8 miliar. Sedangkan low scenario untuk total nilai ekspor sektor industi mencapai USD136,3 miliar dan high scenario-nya mencapai USD142,8 miliar.
Low scenario diasumsikan ketika ada hambatan regulasi terutama terkait bahan baku industri, negara tujuan ekspor tidak terdiversifikasi, tingkat keterbukaan ekonomi rendah, dan pemanfaatan kerjasama perdagangan rendah, NTB (Non-Tariff Barriers) dan NTMs ( Non-Tariff Measures) global meningkat, dan harga komoditas menurun.
Sedangkan untuk asumsi high scenario dengan melakukan perluasan pasar ke negara non tradisional, terkoneksi dengan rantai supply global, dan produk yang diekspor lebih bernilai tambah. Selain itu, keberhasilan dalam diplomasi ekonomi untuk mengurangi hambatan perdagangan.