Koperasi Tetap Jadi Andalan UMKM

Loading

goodmoneyID – Koperasi tetap menjadi andalan masyarakat, terutama karena visi usaha bersama yang dilandaskan pada kegotong-royongan dari anggota untuk anggota, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat terutama di sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Penguatan pengawasan terhadap pengelolaan koperasi dan transformasi layanan secara digital, bakal memperkuat nilai tambah (value added) koperasi untuk anggota karena menjamin keamanan, kecepatan, dan kenyamanan bagi anggota untuk menikmati layanan koperasi sesuai dengan tren digital saat ini.

Demikian gagasan yang muncul pada webinar dengan tajuk “Masihkah Koperasi Menjadi Andalan” yang diselenggarakan oleh Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (ICCI) pada Kamis, (13/8).

Executive Committee ICCI Firdaus Putra mengatakan, animo masyarakat untuk menjadi anggota koperasi tetap tinggi mengingat daya jelajah koperasi yang dapat menjangkau hingga masyarakat kelas menengah ke bawah. Sektor UMKM termasuk yang paling banyak mengakses layanan koperasi karena dapat mendukung usaha rintisan tersebut.

Di lain pihak, koperasi juga dihadapkan pada tantangan untuk memodernisasikan layanan yang menjangkau kebutuhan hulu dan hilir masyarakat sehingga dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lebih signifikan. Mata rantai bisnis koperasi harus berkesinambungan dari soal saving, loan, dan menyediakan marketplace yang dapat digunakan untuk anggota dalam memasarkan produk dan jasa layanan anggota.

“Era digitalisasi membawa sejumlah peluang bagi koperasi untuk meningkatkan layanan yang menjangkau kebutuhan hulu dan hilir anggota sehingga nilai tambah yang dirasakan anggota akan lebih signifikan karena koperasi tumbuh sebagai entitas bisnis yang mengusung one stop solution bagi anggotanya,” ujar Firdaus dalam video conference.

Sementara, Ketua KSP Sahabat Mitra Sejati Ceppy Y Mulyana menegaskan, melalui transformasi digital, animo masyarakat untuk menjadi anggota koperasi terus meningkat. Animo masyarakat ini terutama didasarkan pada rasa memiliki anggota terhadap koperasi karena visi kegotongroyongan, dari anggota untuk anggota yang menjadi landasan berdirinya koperasi. Keunggulan tersebut perlu di diversifikasi dengan inovasi digital dalam mengembangkan layanan yang memudahkan dan membuat anggota merasa nyaman untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

Ceppy menambahkan, modernisasi koperasi juga sangat bergantung pada kreativitas pelaku koperasi dalam memperkuat pola pengawasan manajemen koperasi. Selain pengawasan rutin yang dilakukan Bersama Kementerian Koperasi sebagai stakeholder utama, terbuka peluang bagi pelaku koperasi untuk bekerjasama dengan Ditjen Dukcapil Kementerian Dalam Negeri, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Kementerian Informasi dan Teknologi dalam rangka meningkatkan transparansi dan kredibilitas koperasi.

“Dengan membuka diri pada transparansi dan siap menjadi koperasi yang kredibel, berbagai peluang kerjasama strategis dapat dilakukan untuk dapat memperbesar nilai tambah kehadiran koperasi dalam memenuhi berbagai kebutuhan anggota,“ cetus Ceppy.

Menurut Firdaus, koperasi harus hadir dalam ekosistem digital dengan membangun kolaborasi bersama dengan pelaku digital lainnya sehingga anggota koperasi dapat lebih mudah mengakses layanan koperasi di manapun dan kapanpun. Hal itu selaras dengan agenda strategis perkoperasian saat ini, yaitu meningkatkan keinovasian koperasi agar mampu beradaptasi dan tumbuh berkembang dalam dunia bisnis yang bergerak cepat.

Di samping itu, visinya dari anggota untuk anggota senantiasa harus dipegang teguh para pengurus agar tidak tergoda untuk menggunakan dana anggota untuk kepentingan investasi lain di luar bisnis inti koperasi.