Memimpin Selama 60 Tahun, CEO Hello Kity Serahkan Jabatan Pada Sang Cucu

Loading

goodmoneyID – Sanrio, perusahaan pencipta karakter Hello Kitty, Minggu (12/6) mengumumkan akan ada pergantian CEO baru. CEO Sanrio, Shintaro Shuji (92 tahun) telah memimpin perusahaan selama 60 tahun, baru saja mengumumkan bahwa dirinya bakal mengalihkan perusahaan pada sang cucu bernama Tomokuni Shuji yang masih berusia 31 tahun. Tomokuni efektif menjadi CEO Sanrio per Juli 2020.

Bisnis yang dijalankan keluarga di Jepang sering memberikan kendali kepada putra tertua mereka. Namun, Putra pendiri perusahaan Sanrio bernama Kunihiko anak dari Shintaro, meninggal dunia pada 2013 karena gagal jantung.

Sejarahnya, Shintaro pertama mendirikan Sanrio sebagai toko oleh-oleh dengan nama “Yamanashi Silk Center” pada tahun 1960 dan mengubah namanya menjadi Sanrio pada tahun 1973. Sanrio adalah salah satu perusahaan Jepang pertama yang melihat potensi dalam bisnis lisensi karakter.

Hello Kitty sejauh ini merupakan yang paling populer dan menguntungkan. Sejak diciptakan pada tahun 1974 dan memulai debutnya dengan dompet koin vinil setahun kemudian. Hello Kitty telah muncul di segala hal mulai dari sepatu kets dan handuk kertas hingga sumpit dan pembuat panini.

Sanrio kini telah tumbuh menjadi raksasa ritel dan hiburan dengan taman hiburan dan restoran di Jepang, Amerika Serikat dan Inggris. Daya tarik tokoh seperti kucing kartun sangat berperan dalam menyebarkan budaya pop “kawaii” alias imut di luar negeri. Namun, Sanrio menghadapi masalah dalam mengembangkan bisnis perizinannya dalam beberapa tahun terakhir. Rasio biaya royalti global terhadap penjualan turun 11% pada tahun fiskal 2019 dari setahun sebelumnya.

Penggemar Sanrio sudah membandingkan CEO baru dengan karakter Sanrio Pompompurin. Di sebutkan bahwa Tomokuni adalah orang yang sempurna untuk Sanrio.

Meskipun popularitas Hello Kitty terus bertahan, pendapatan perusahaan Sanrio telah tertekan selama bertahun-tahun. Per Maret 2020, laba bersih Sanrio anjlok 95% dari tahun sebelumnya menjadi JPY191 juta (USD1,8 juta). Sebagian besar disebabkan oleh penurunan penjualan barang dagangan dan penutupan taman hiburannya.