Negeri Kecil Ini Kalahkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Loading

goodmoneyID – Bhutan, negeri kecil yang berada di Asia Selatan, dan berbatasan langsung dengan India dan Tiongkok adalah negara kecil yang berada di bawah Pegunungan Himalaya.  Alamnya  terjaga asri hingga saat ini.  Ternyata hal itu berkaitan langsung dengan distribusi pekerja yang didominasi oleh petani sebanyak 56,39 persen. Sehingga layak disebut negeri agribisnis.

Meski memiliki potensi pariwisata yang menarik, namun Pemerintahnya tidak jor-joran mendatangkan turis asing. Ini dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, agribisnisnya juga bukan sekadar jargon, tetapi benar mewujud dalam realitas. Ini dibuktikan dengan minimnya pangan impor.

Kepala Unit Agribisnis ADB (Asian Development Bank), Martin Lemoine menyebutkan konsep agribisnis sangat penting untuk pembangunan ekonomi karena berdampak pada tiga sektor ekonomi, yakni pertanian, manufaktur, dan jasa.

“Secara keseluruhan agribisnis menyumbang sepertiga dari PDB (produk domestik bruto) di sebagian negara berkembang anggota ADB. Sektor ini juga penting bagi negara-negara berkembang dalam menggenjot pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dan investasi di sektor petanian, langsung dari asing,” ujar Martin Lemoine, melansir adb.org/news, Kamis (30/1).

Data ADB menyebutkan di tahun 2019 PDB Bhutan tumbuh 5,3 persen. Selain petani, 33,81 persen bekerja di sektor pelayanan dan jasa, dan sebanyak 9,8 persen bekerja di sektor industri manufaktur. Pada tahun ini negeri yang punya julukan Naga Guntur menargetkan ekonominya mampu tumbuh 6 persen.

Para petani di Bhutan hidup makmur dan sejahtera, mereka menambah penghasilan melalui penjualan produk hewani seperti keju, mentega dan susu. Adapun tanaman pokok di Bhutan adalah padi, jagung, dan gandum, sedangkan tanaman komersial didominasi oleh kentang, apel, jeruk, kapulaga, jahe, dan cabai.

Selain di sektor pertanian, Karena wilayahnya sebagian besar adalah perkebunan dan hutan masyarakat Bhutan juga mengandalkan hasil keanekaragaman industri kerajinan seperti, Rotan, bambu, guci tikar, dan barang barang kerjinana yang unik lainya.

Sektor pariwisata di Bhutan juga sangat potensial. Namun ada kebijakan membatasi akses jumlah wisatawan asing tiap tahunnya untuk berkunjung di Bhutan. Menginap di Bhutan perlu rogoh kocek yang cukup mahal yakni sebesar 2,5 juta permalam. Langkah ini bukan tanpa maksud, hal ini dilakukan demi menjaga wilayah Bhutan tetap asri dan terhindar dari kerusakan lingkungan.

Di sektor Industri manufaktur Bhutan memiliki industri andalan yang didirikan di Pasakha, industri ini meliputi pabrikan semen, kalsium, karbida, baja dan Ferro silikon. Produk  Cola dan industri yang berbasis kayu juga sudah mulai di kembangkan di Bhutan.

Dengan keindahan alam yang masih asri, arus modernisasi juga sudah masuk di negeri ini. Saat ini semua desa di Bhutan sudah memiliki akses ke fasilitas koneksi ke jaringan telekomunikasi termasuk layanan telepon seluler, bahkan di kota besar sudah terdapat fasilitas internat yang memadai.