Perbedaan Fokus Bisnis Bukan Penghalang BRI, PNM, dan Pegadaian Berintegrasi

Loading

goodmoneyID – Perbedaan fokus bisnis PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) tidak menjadi masalah bagi ketiga BUMN ini untuk bersinergi demi pengembangan ultra mikro (UMi). Alih-alih berdampak negatif, sinergi justru akan membuat ketiga BUMN ini lebih bisa membawa pengaruh positif bagi pelaku UMKM dan usaha ultra mikro.

Pernyataan tersebut disampaikan Anggota Komisi VI DPR RI Deddy Yevri Sitorus. Menurutnya, sinergi BRI, PNM, dan Pegadaian akan membuat peluang masyarakat mengakses fasilitas perbankan lebih terbuka. Selama ini, dia menilai masih banyak nasabah Pegadaian dan PNM yang kurang mendapat literasi keuangan dan terjangkau layanan perbankan (unbankable).

“Biaya operasional Pegadaian dan PNM akan berkurang karena pengembangan bisnis mereka bisa berjalan satu pintu. Hal ini membuat ekosistem pembiayaan dan pelayanan untuk UMKM serta pelaku UMi dapat berjalan lebih luas serta berkesinambungan,” tutur Deddy, Jumat (12/3).

Politikus PDI Perjuangan ini berkata, sinergi BUMN untuk ultra mikro akan membawa keuntungan dalam jangka panjang. Setiap perusahaan yang akan bersinergi harus memahami hal tersebut.

Dengan sinergi antara BRI, PNM, dan Pegadaian, layanan bagi pelaku usaha ultra mikro diyakini semakin berkembang. Hasilnya, di masa depan pemerintah bisa semakin berkonsentrasi untuk memperkuat daya beli masyarakat untuk menyerap produk-produk UMKM dalam negeri.

“Pembentukan holding ini adalah strategi yang akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Pembentukan holding pembiayaan ultra mikro adalah kebijakan sangat strategis dalam rangka membentuk ekosistem pembiayaan pelaku usaha ultra mikro secara sistematis dan berkelanjutan,” tuturnya.

Dukungan atas rencana integrasi ekosistem ultra mikro juga disampaikan oleh Anggota Komisi VI DPR Herman Khaeron. Dia mengatakan pembentukan holding ultra mikro yang melibatkan BRI, Pegadaian dan PNM diharap dapat merekonstruksi ekonomi nasional ke sektor produktif di segmen masyarakat kelas bawah.

“Kami justru mendukung saja, karena ini bagus untuk rekonstruksi ekonomi nasional. Selama ini masih banyak pembiayaan condong ke sektor korporasi seperti properti besar,” sebutnya.

Herman menyampaikan dengan integrasi ini BRI, Pegadaian, dan PNM akan menjadi lebih kuat dari sisi data dan penghimpunan dana masyarakat. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada bunga yang lebih terjangkau dan akselerasi pembiayaan yang lebih kuat ke segmen mikro.

Dia pun berharap, tren ini akan memperbaiki kualitas ekonomi dari sektor ultra mikro sehingga diikuti lebih banyak lagi bank-bank nasional lainnya.

Herman menjelaskan segmen mikro terbukti paling tahan dalam masa pandemi. Shock awal pandemi dapat dibalikkan kembali dengan peningakatan operasional bisnis dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini pun cukup membantu banyak perusahan di sektor keuangan termasuk BRI dalam menjaga kualitas pembiayaan di masa pandemi.

Di samping itu, Herman menyampaikan Komisi VI pun akan tetap mengawal kinerja holding ultra mikro untuk tetap menjalankan misinya mengembangkan UMKM. “Kami pun juga akan tetap mengawal perusahaan tersebut tetap sehat dan mampu menghasilkan laba yang baik untuk pemegang saham khususnya pemerintah,” tegasnya.

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, saat ini 65 persen dari kurang lebih 54 juta pelaku usaha ultra mikro belum terlayani lembaga keuangan formal. Padahal, pelaku usaha mikro mendominasi wirausahawan di Indonesia.

Sinergi tiga BUMN untuk ultra mikro ditargetkan memperluas pendanaan bagi kurang lebih 29 juta pelaku usaha ultra mikro di 2024 mendatang.