Rencana BTN Lepas UUS, Analis: Bila Gabung ke BSI akan Percepat Penetrasi Pasar Syariah

Loading

goodmoneyID — Rencana PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. melepas unit usaha syariah (UUS) pada tahun depan diperkirakan mendapat sambutan positif dari investor pasar modal, di mana PT Bank Syariah Indonesia Tbk. adalah kandidat terkuat yang akan mengambil aset bank yang fokus pada kredit pemilikan rumah (KPR) tersebut.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan rencana BBTN melepas UUS merupakan langkah yang tepat. Menurutnya bila BTN Syariah bergabung dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) akan mempercepat penetrasi pangsa pasar bank syariah di Indonesia, sehingga menjadi katalis positif pengerek harga saham.

“BBTN pun juga akan jauh lebih lincah ke depannya dan fokus terhadap perumahan. UUS akan fokus dengan BSI,” katanya, baru-baru ini.

Dia menuturkan bahwa konsolidasi lanjutan bank syariah milik pemerintah juga akan meningkatkan aset BSI. BSI sebagai bank hasil gabungan tiga anak usaha bank BUMN, juga akan memiliki basis klien yang semakin besar.

“Dari sisi UUS BTN akan berkembang karena didukung oleh BSI yang memiliki permodalan jauh lebih kuat, dan didukung oleh teknologi dan SDM yang mumpuni,” kata Nico.

Sebagaimana diketahui, mendorong akselerasi pangsa pasar bank syariah di Indonesia menjadi salah satu prioritas pemerintah. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Mei 2022, aset bank umum syariah (BUS) dan UUS mencapai Rp680,1 triliun, naik 13,7% secara tahunan atau year on year (yoy).

Secara rinci, total aset yang dimiliki BUS sebesar Rp453,88 triliun pada bulan kelima tahun ini. Sedangkan, total aset yang dimiliki UUS sebanyak Rp226,21 triliun. Angka tersebut cukup jauh bila dibandingkan dengan total aset industri perbankan di Tanah Air, di mana per Mei 2022 mencapai Rp10.180,7 triliun. Artinya BUS dan UUS hanya berkontribusi 6,7%.

Pun dari sisi penyaluran pembiayaan, porsi bank syariah tergolong kecil. Pada periode yang sama, BUS dan UUS menyalurkan Rp160,7 triliun pembiayaan kepada pihak ketiga atau hanya 2,7% dari total kredit industri, yakni Rp6.012,4 triliun.

Berkaca pada data OJK, salah satu pangsa pasar terbesar pembiayaan bank syariah adalah KPR. Per Mei 2022, bank syariah menguasai 18,7% dari total penyaluran pembiyaan untuk pemilikan rumah.

Terpisah, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama sepakat rencana aksi korporasi BBTN melepas UUS akan mendapatkan apresiasi dari investor. Hal ini akan berbanding lurus dengan harga saham.

“Kalau untuk BTN ini akan memengaruhi kinerja top line [pendapatan] sehingga mudah-mudahan berpengaruh positif ke kinerja bottom line [laba],” katanya.

Dia mengatakan BSI merupakan kandidat terkuat untuk menyerap rencana BTN tersebut. Pun hal ini menjadi stimulus bagi BSI (BRIS) dan pasar KPR syariah secara umum.

Menurut Nafan, pengelolaan segala produk syariah di bawah satu payung bank BUMN akan membuat pertumbuhannya lebih terukur. Selain itu, BSI disebut saat ini memiliki likuiditas yang lebih memadai dibandingkan dengan BTN.

Mengutip laporan keuangan masing-masing bank, rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BTN 93,12% per Juni 2022. Pada periode yang sama, rasio pembiayaan terhadap simpanan atau financing to deposit ratio (FDR) BSI 78,14%.

Adapun belum lama ini, Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan hendak melakukan pemisahan atau spin off UUS pada 2023. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 59 Tahun 2020 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemisahan UUS.

Ada sejumlah pilihan untuk melakukan aksi korporasi tersebut, yakni mendirikan bank baru atau menyerahkan aset kepada bank syariah yang sudah ada. Haru mengatakan opsi kedua merupakan yang terbaik.

Sebelumnya, Kementerian BUMN menilai konsolidasi BSI dengan UUS BTN mampu meningkatkan perbankan syariah di Tanah Air. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan hal itu merupakan visi pemerintah untuk terus mendorong penguatan ekonomi dan perbankan syariah melalui BSI.

“BSI pun dapat menjadi bank syariah yang lebih modern dan dapat memenuhi kebutuhan generasi milenial. Harapannya akuisisi customer baru lebih cepat karena jangkauan pasar dan nasabah menjadi lebih luas,” kata Tiko.

Sebagai informasi, kantor cabang dan kantor cabang pembantu syariah milik BTN per Desember 2021 berjumlah 90 unit. Sementara itu BSI saat ini memiliki 1.043 kantor cabang. Selain itu, BSI pun memiliki 17 juta basis nasabah dengan sekitar 2.400 jaringan ATM di Indonesia.