Resesi Tak Dapat Dihindari, 92% Negara Dunia Mengalaminya

Loading

goodmoneyID – Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Febrio Kacaribu mengatakan dari sekitar 180 negara di dunia atau 92% dipastikan pertumbuhannya akan negatif atau masuk krisis di tahun 2020.

“Resesi terjadi kalau dalam dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonominya negatif. Secara substansial resesi tidak terjadi tiba-tiba. Ini adalah proses perlambatan ekonomi secara keseluruhan,” jelas Febrio dalam acara virtual Kupas Tuntas Ekonomi & APBN, pada Jumat, (25/9).

Febrio melanjutkan, tanda-tanda resesi di Indonesia sudah mulai dari kuartal pertama, bukan dari kuartal kedua.

“Tanda-tandanya sudah mulai bukan di kuartal II, di kuartal I pun sudah signifikan sekali pertumbuhan ekonominya terkoreksi,” paparnya.

Banyak negara agresif melebarkan defisit fiskalnya, belum lagi moneternya. Indonesia belum pernah mendorong defisitnya hingga 6,3% untuk mengantisipasi dampak Covid-19. Indonesia terbilang dalam kisaran sedang (mild) dan efektif mengelola hutangnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diharapkan selalu rata-rata positif 5% dianggap sebuah kewajaran. Namun, begitu ada penurunan di bawah 5%, 1 hingga 2 kuarter dimana di kuartal I sudah di bawah 5%, dan di kuartal II (-5,3%), bahkan di kuartal III ekspektasi pertumbuhan antara (-2,9%) hingga (-1%). Artinya waktu perlambatan ekonomi sudah berkepanjangan, dan itu bisa disebut resesi.

Febrio bahkan mengatakan sepanjang tahun ini, Indonesia sebenarnya telah mengalami resesi.

“Bayangkan pertumbuhan ekonomi kita selalu positif. Paling gampang, 5% per tahun dalam 10 terakhir. Seakan-akan 5% per tahun menjadi tren bahwa itu wajar setiap tahun, kita expect pertumbuhan ekonomi kita 5%. Begitu pertumbuhan di bawah 5% dalam 1-2 kuartal itu menjadi pertanyaan. Apakah itu terjadi berkepanjangan? -3% di Q1, -5,3 di Q2. Katakanlah di Q3 antara (-2,3 hingga -1%) negatif tapi sudah membaik dari Q2. Dari kuartal 1,2,3 sudah berkepanjangan perlambatan ekonomi. Kalau dari resesinya kita sudah resesi sepanjang tahun ini. Q4 harapannya lebih baik lagi,” jelasnya.

Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia di Q2 masih lebih lebih baik dibandingkan dengan India (-24%), Thailand (-12,2%), atau Filipina (-16,5%).

“India contohnya 24% koreksinya di Q2, di Q3 belum terlalu jauh membaik. Hal yang sama di Thailand 12,2% minusnya di Q2. Kuartal ketiga juga tidak membaik. Indonesia memang jelek di Q2, tapi dibandingkan seluruh dunia, bahkan Q3 relatif lebih baik dibanding negara lain,” jelasnya.

Febrio menggaris bawahi perlindungan sosial yang mengalami kemajuan penyaluran bansos di bulan Agustus untuk 40% penduduk termiskin. Demikian juga pekerja dengan Upah Minimal Provinsi (UMP) sudah kembali bekerja, ditambah dengan subsidi gaji dari Bantuan Presiden (Banpres).

Namun, di tahun 2021 proyeksi ekonomi Indonesia bisa pulih lebih cepat di pertumbuhan 4,5% sampai 5,5% dengan kerja keras menghadapi tantangan Covid-19 yang belum usai.