Stafsus Presiden Ayu Kartika Dewi Terpilih sebagai Fellow Mewakili Indonesia dalam KAICIID

Loading

goodmoneyID – Staf Khusus Presiden, Ayu Kartika Dewi (SKP Ayu), terpilih mewakili Indonesia sebagai salah satu fellow pada King Abdullah bin Abdul Aziz International Center for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) International Fellows Programme 2023 dan menghadiri sesi Orientation and Capacity-building Training yang bertempat di Strasbourg, Perancis pada 16-22 Februari 2023.

Program pelatihan ini dirancang untuk menghubungkan para pemimpin di bidang perdamaian dan memperkuat keterampilan dialog antar agama. Pelatihan ini juga diharapkan mampu memperluas jaringan dan mewujudkan kolaborasi yang efektif di antara para fellow.

Para KAICIID Fellows berasal dari berbagai komunitas global yang mewakili 85 negara dan 11 agama dengan latar belakang beragam seperti pemuka agama, pendidik serta praktisi dialog antar agama / interreligious dialogue (IRD). Sejak program KAICIID fellowship berlangsung dari tahun 2015, Indonesia merupakan negara dengan jumlah fellow terbanyak di antaranya Alissa Wahid, Anak Agung Ayu Ari Widhyasari, Santa Surya, Mulyadi Liang, dan tahun ini diwakili oleh SKP Ayu.

Sesi yang berlangsung selama lima hari ini dibuka dengan menampilkan pemaparan dari perwakilan European Parliament, para ahli yang berasal dari praktisi IRD, dan sesi diskusi antara fellow yang hadir dengan para pakar mengenai pembahasan-pembahasan isu demokrasi mulai dari rasisme, toleransi, dan resolusi perdamaian.

Staf Khusus Presiden Ayu Kartika Dewi mengatakan, “Saya sangat bersyukur bisa terpilih mewakili Indonesia dan bergabung dalam jaringan KAICIID Fellowship 2023. Selama training, saya belajar banyak tentang pentingnya dialog antar iman dan dialog antar budaya untuk menjaga toleransi. Saya akan menerapkan apa yang saya pelajari dalam berbagai program kerja saya.”

Modul pelatihan yang diberikan oleh jaringan alumni di antaranya peacebuilding dan transformasi konflik, desain proyek, mobilisasi mitra dan sumber daya serta advokasi konflik. Program pelatihan ditutup dengan sesi diskusi para fellow dari seluruh dunia yang membahas topik-topik dan pengalaman para fellow mengenai isu-isu yang terjadi dan solusi terbaik untuk mengatasinya.

“Di pelatihan ini, saya bertemu dengan 21 aktivis perdamaian dari berbagai negara, mulai dari Mali sampai Italia, dari Nigeria sampai Costa Rica. Ada yang berprofesi sebagai akademisi, pemuka agama, dan ada pula yang bekerja di pemerintahan dan di bidang pendidikan. Sejak awal training, terasa sekali semangat toleransi dan kolaborasi di antara para fellow,” tambah SKP Ayu.

Setelah training selesai, para fellow diharapkan untuk menjadi lebih terampil dalam memfasilitasi dialog dan dilengkapi kemampuan yang lebih tajam untuk mengedukasi komunitas mereka tentang IRD, pengetahuan mendalam mengenai konsep peacebuilding, resolusi konflik mulai dari persepsi dan mispersepsi serta penyelesaiannya yang dapat menjadi pendukung perdamaian yang aktif di komunitas mereka.