goodmoneyID – Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI) menggelar acara diskusi film bertajuk “Kaum Muda Indonesia dan Perilaku Menonton Film”. Diskusi dengan memaparkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), yang menyatakan mayoritas kaum Muda atau Milenial di Kota kota besar Indonesia lebih suka nonton film lokal dibanding luar. Hal ini disebutkan oleh Ketua Bidang Promosi dan Peredaran APFI, sekaligus Founder Falcon Pictures, HB Naveen.
“Persentase anak muda yang menonton film nasional 67 persen lebih tinggi dari kaum muda yang menyatakan menonton film asing sebanyak 55 persen,” terang HB Naveen.
Survei ini dilakukan di 16 kota besar pada Desember 2019. Hasilnya, 67 persen anak muda berusia 15-38 tahun menyatakan setidaknya menonton satu film nasional di bioskop dalam setahun terakhir. Sementara 40 persen menyatakan setidaknya menonton tiga film nasional selama setahun terakhir.
Chand Parwez Ketua Umum APFI menyebut bahwa survei ini menjawab optimisme para sineas lokal, bahwa tidak benar kalau penonton film lokal kalah dengan film luar negeri. “Temuan ini menjawab keraguan tentang kecintaan anak muda Indonesia pada film nasional,” ujar Chand Parwez.
Direktur Komunikasi SMRC, Ade Armando, mengatakan kecenderungan ini menunjukkan bahwa meski harus menghadapi gempuran film-film asing, industri film nasional ternyata dapat menjawab kebutuhan penonton film Indonesia.
“Kecenderungan ini mungkin menunjukkan bahwa keunggulan film-film asing di mata kaum muda adalah keunggulan teknologi. Saya rasa yang tidak bisa ditampilkan oleh sineas Indonesia adalah keunggulan teknologi yang disajikan film-film Blockbuster Hollywood, dan ini yang membuat para penonton Indonesia berduyun menyaksikan film laga seperti Avengers,” ujar Ade.
Adapun Genre film nasional yang paling disukai anak muda Indonesia adalah komedi (70,6 persen), diikuti dengan horor (66,2 persen), percintaan (45,6 persen) dan laga (37,4 persen). Sedangkan genre film asing yang disukai adalah laga (68 persen), diikuti dengan horor (65 persen), komedi (46,8 persen), percintaan (34,6 persen), misteri (21,8 persen).
Sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian serius terhadap perkembangan film nasional. “Film nasional adalah sektor strategis baik secara kebudayaan maupun secara ekonomi dan politik,” pungkas Ade.