Survei SMRC: Mayoritas Warga Indonesia Setuju New Normal Diterapkan Meski Kasus Covid-19 Belum Turun

Loading

goodmoneyID – Lembaga Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyatakan bahwa mayoritas atau 80% masyarakat Indonesia, setuju jika Pemerintah memulai kebijakan transisi menuju Kehidupan Normal Baru, meski kasus penularan Covid-19 belum turun. Sedangkan yang tidak setuju ada 15%.

Temuan ini disampaikan oleh Direktur Komunikasi Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Ade Armando. Survei dilakukan melalui wawancara per telepon pada 1978 responden di seluruh Indonesia (dengan margin of error 2,2%) pada 18-20 Juni 2020.

“Lebih spesifik SMRC membeberkan ada 92% setuju dengan kebijakan pemerintah yang telah melonggarkan aturan bekerja di luar rumah, dan 93% setuju dengan kebijakan pemerintah yang telah melonggarkan aturan penggunaan tempat ibadah, serta 90% setuju dengan kebijakan pemerintah yang telah melonggarkan aturan penggunaan transportasi umum,” ujar Ade, dalam webinar rilis survei SMRC bertajuk “Kondisi Ekonomi Masa Covid-19 dan Respons Kebijakan, Opini Publik Nasional”, Kamis (25/6).

Menurut Ade, dukungan warga terhadap langkah Normal Baru ini nampaknya berkorelasi dengan pandangan warga tentang kondisi ekonomi.

“Sekitar 85% merasa keadaan ekonomi nasional sekarang lebih buruk dibanding tahun lalu. Survei juga menemukan, 71% warga merasa kondisi ekonomi rumah tangganya sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding sebelum ada wabah Covid-19. Sekitar 76% mengaku pendapatan merosot setelah adanya wabah,” kata Ade.

Dukungan terhadap Normal Baru juga lebih banyak disuarakan mereka yang bekerja di sektor informal, yang berlatar belakang pendidikan lebih rendah dan berpendapatan lebih rendah.

Sebagai perbandingan, yang berharap Normal baru diberlakukan saat ini di kalangan warga yang berpendidikan SD mencapai 83%, berpendapatan kurang dari Rp1 juta mencapai 83%, berprofesi sopir/ojek 90%, yang berprofesi pedagang warung/kaki lima 85%, serta buruh/pembantu/satpam/tidak tetap 84%. Sementara yang berpendidikan perguruan tinggi 68%, berpendapatan di atas Rp4 juta mencapai 74%, dan yang berprofesi pegawai/dosen/guru/profesional 76%.

Sementara dari segi wilayah, persentase tertinggi warga yang mendukung pemberlakukan Normal Baru saat ini adalah DKI Jakarta dengan 91%, sementara terendah adalah Bali dan Nusa Tenggara yang hanya 67%.

Selain itu, dukungan agar Normal Baru diberlakukan saat ini paling banyak datang dari kelompok warga yang menilai kondisi ekonomi nasional ke depan lebih buruk. Sekitar 85% warga yang menilai kondisi ekonomi nasional ke depan lebih buruk mendukung pemberlakuan Normal Baru, sementara hanya 78% warga yang menilai kondisi ekonomi Indonesia lebih baik yang mendukung pemberlakuan Normal Baru.

Terkait optimisme ekonomi rumah tangga dan nasional masih belum tinggi. Hanya 44% yang menilai ekonomi rumah tangga tahun depan akan lebih baik, dan hanya 34% yang menilai ekonomi nasional tahun depan akan lebih baik dibanding sekarang.

“Dibanding temuan bulan lalu (4-5 Mei 2020) di mana yang merasa optimistis dengan kondisi ekonomi rumah nasional dan rumah tangga hanya 27-29%, optimisme warga sekarang dalam melihat kondisi ekonomi ke depan terlihat sedikit menguat,” kata Ade.

Survei SMRC ini juga menunjukkan mayoritas warga bersedia melakukan protokol kesehatan sebagaimana dianjurkan pemerintah. Mayoritas warga mengaku sering/selalu menerapkan aturan kesehatan seperti mengenakan masker keluar rumah (91%), mencuci tangan dengan sabun (96%) dan menjaga jarak (86%) dalam pergaulan sehari-hari.

“Yang masih sulit dilakukan adalah menghindari kerumunan. 74% mengaku pernah setidaknya sekali dalam seminggu terakhir berada di kerumunan atau mengikuti kegiatan yang dihadiri lebih dari 5 orang, dan yang tidak pernah hanya 19%,” tutup Ade.