goodmoneyID – Realisasi inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang cenderung menguat sepanjang 2019 menjadi kondisi obyektif bagi Bank Indonesia (BI) untuk turunkan suku bunga acuan (BI 7-day reverse repo rate). Hal itu ditegaskan oleh Eko Listiyanto, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dalam press conference di Jakarta, (22/1).
“Terbuka ruang bagi penurunan suku bunga acuan ke depan untuk menstimulasi pergerakan di sektor riil,” ujar Eko.
Seperti diketahui, realisasi inflasi 2019 cukup rendah yaitu 2,72%. Sementara nilai tukar rupiah cenderung menguat dengan rata-rata Rp14.146/USD sepanjang 2019. Penguatan itu terus berlanjut dimana per 21 Januari 2020 rupiah terapresiasi di Rp13.658/USD. Cadangan devisa pun meningkat menjadii USD129,18 miliar di Desember 2019 dari sebelumnya USD120,08 miliar di Januari 2019.
“BI seharusnya lebih berani untuk turunkan suku bunga acuan. Apalagi suku bunga kita masih lebih tinggi dari negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Thailand,” pungkas Eko.