Berkurban Tak Perlu Menunggu Kaya

Loading

goodmoneyID – Menyisihkan harta kita untuk membantu orang lain merupakan hal yang wajib ditunaikan oleh Umat Muslim. Bentuk berbagi bisa berupa Zakat, infak, dan sedekah. Kita juga harus meyakini bahwa rezeki telah diatur oleh Allah dengan sedemikian rupa. Karena telah diatur itulah, manusia diperlukan menyisihkan hartanya untuk mereka yang mengalami kesulitan.Oleh sebab itu Jika kita ingin beramala ataupun menunaikan ibadah kurban, sebetulnya tak perlu menunggu kaya terlebih dahulu. Sebab makna dari berkurban adalah rasa syukur dan keiklashan”

Satu hal yang harus dimiliki seseorang saat ingin berkurban adalah niat dan bersungguh sungguh. Sebab hikmah dan makna berkurban sejatinya adalah keikhlasan dan kepatuhan terhadap Allah untuk menunaikan ibadah. Namun pertanyaanya masih adakah orang yang seperti itu?

Makna Berkurban Adalah  Syukur & Keiklashan

Kurban berasal dari kata ‘Qorroba-Yuqorribu-Qurbaanan’, yang memiliki makna mendekatkan diri. Maksudnya adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagai bentuk rasa syukur dan ketaatan. Hal ini juga dijelaskan dalam Surat Al-Kautsar ayat 1-2 yang berbunyi, “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.”

Dalam surat al-Kautsar, Allah memerintahkan manusia untuk shalat dan berkurban sebagai bentuk mensyukuri nikmat Allah. Dengan berkurban, kita dapat berbagi kebahagiaan lebih banyak. Sebab daging kurban tidak dinikmati sendiri, melainkan kepada seluruh umat muslim.

Untuk melaksanakan perintah kurban tidaklah murah. Seorang muslim perlu mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli hewan kurban. Untuk pelaksanaannya pun membutuhkan banyak dana dan sumber daya manusia. Dibutuhkan kepanitiaan yang amanah untuk mengelola kurban.

Sejarah Nabi dan Sahabat dalam Melaksanakan Kurban

Dalam keadaan berada atau sedang mengalami kekurangan, Rasulullah selalu berkurban setiap tahun. Melansir Dompet Dhuafa, Walau memiliki gaya hidup sederhana, Nabi Muhammad tidak absen berkurban. Baginya, kurban adalah ibadah yang diupayakan setiap tahun, bukan ibadah yang dilakukan sekali seumur hidup.

Hadits Ibnu Abbas, beliau mendengar Nabi bersabda, “Tiga hal yang wajib bagiku, sunah bagi kalian yaitu shalat witir, kurban, dan shalat Dhuha.” (HR Ahmad dan al-Hakim).

Dalam riwayat Imam al-Tirmidzi disebutkan Nabi bersabda, “Aku diperintahkan berkurban, dan hal tersebut sunah bagi kalian.” (HR al-Tirmidzi).

Rasulullah mewajibkan dirinya untuk berkurban, namun hukum berkurban bagi yang mampu tidak wajib, melainkan sunnah. Abu Bakar dan Umar bin Khattab yang merupakan golongan mampu, tidak selalu berkurban setiap tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kurban bagi umat muslim tidak wajib, namun Sunnah Muakkad. Ibadah yang sangat dianjurkan.

Namun, jika seseorang masih berkecukup dan ingin menunaikan ibadah kurban itu hal yang sah sah saja. Sebab hal demkian dilakukan juga oleh Rasulullah. Sebab untuk menjadi mulia, ternyata tak harus menunggu kaya. Untuk mampu berkurban, ternyata yang dibutuhkan adalah kesungguhan.

Lalu pertanyaanya, sudahkah kita sungguh-sungguh mempersiapkan kurban? Masih ada waktu sekitar beberapa hari kedepan. Jika kita sebenarnya mampu berkurban, tapi tak mau berkurban, hendaklah kita malu kepada Allah.

Jika kita sebenarnya mampu berkurban, tapi tak mau berkurban, hendaklah kita takut dengan sabda Rasulullah ini: “Barangsiapa yang memiliki kelapangan untuk berkurban namun dia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” [HR Ibnu Majah, Ahmad dan Al Hakim].

Kurban Merupakan Sunnah Muakkad, Sangat Dianjurkan

Melansir Dompet Dhuafa, kurban memiliki sejarah yang cukup mengharukan. Ketika Nabi Ibrahim yang telah menanti puluhan tahun untuk memiliki seorang anak, diuji oleh Allah untuk mengurbankan anaknya semata wayang yaitu Nabi Ismail. Bila hal tersebut terjadi pada diri kita, belum tentu kita bisa menghadapinya. Perasaan orang tua mana yang tidak sedih bila harus berpisah dengan anak yang dinanti dalam kurun waktu menahun.

Allah menguji ketaatan Nabi Ibrahim, dan Nabi Ibrahim didukung oleh anaknya untuk menjalankan perintah Allah. Kecintaan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail kepada Allah melebihi kecintaan terhadap diri mereka sendiri. Pengorbanan tersebut Allah tebus dengan seekor domba, dan Nabi Ismail tetap hidup hingga akhir hayat.

Dari peristiwa kurban dapat kita contoh kesabaran dan kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah SWT. Ibadah kurban sangat mulia, sebab selain mengenang peristiwa yang dialami Nabi Ibrahim, kurban menjadi bentuk rasa syukur dan kesintaan kita kepada Allah.