Ekonomi Melambat, Pemerintah Salahkan Kondisi Global

Loading

goodmoneyID – Pada kuartal III 2019, perekonomian Indonesia tumbuh 5,02%, lebih rendah dibanding periode sama tahun sebelumnya. Pelemahan itu dinilai Pemerintah sebagai dampak dari situasi perekonomian global yang penuh ketidakpastian. Bahkan, di beberapa negara sudah terjadi resesi.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara mengatakan saat ini Indonesia terkena dampak dari gonjang-ganjing ekonomi global. “Risiko global dari hubungan China dan Amerika, bukan hanya memberikan efek pada dua negara itu saja melainkan efeknya juga terhadap ekonomi dunia, dimana saat ini pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 3,0% turun  dari prediksi awal yaitu 3,7% turun lagi ke 3,5% hingga 3,2%, dan akhirnya menghasilkan hanya 3,0%,” ujar Suahasil Nazara di acara IBEX 2019 di Jakarta, 6/11/2019.

Dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah, maka perdagangan dunia juga ikut lemah.  Akibatnya, perdagangan Indonesia pun terkena getahnya. Ada tiga dampak nyata dari pelemahan global terhadap ekonomi domestik.

Pertama, aliran modal masuk ke Indonesia akan terpengaruh. Ini terjadi pada aliran portfolio di pasar uang. Kedua, aliran investasi asing langsung juga terkena dampak. “Kita mesti membangun iklim investasi dengan tersedianya infrastruktur dan regulasi yang baik, agar mendudukung iklim  dunia usaha,” ujarnya.

Ketiga, jalur perdagangan, jika pertumbuhan ekonomi dunia maju itu turun maka permintaan akan ekspor dari Indonesia juga akan menurun. Saat ini menurut data BPS, ekspor nasional praktis 0%.

Untuk itu Pemerintah akan terus menjaga momentum agar tetap tumbuh stabil dengan cara mengelola APBN melalui tiga komponen yaitu Penerimaan, Pengeluaran, dan Pembiayaan.

Dari sisi penerimaan, saat ini pemerintah telah menyediakan insentif pajak yang beragam bagi pelaku usaha. Seperti pajak jangka pendek, jangka panjang, serta pajak pengecualin,  dan bebas import.

“Pemerintah memberikan instenif pajak pada 2018, hampir 220 triliun rupiah, dihitung dari pembebasan pajak penghasilan, PPN yang tidak dipungut, barang import yang tidak dikenakan. Ini sama dengan 1 setengah persen dari PDB,” ujar Suahasil.

Kedua sisi pengeluaran, diusahakan seefisien mungkin. Begitu pula dengan pembiayaan. Pelebaran defisit anggaran sebagai dukungan pada perekonomian Indonesia dimana defisit 2019 akan menjadi 2,0%- 2,2% dari PDB.