OJK: Pangsa Pasar Bank BUKU 1 & 2 Menurun Selama 5 Tahun Terakhir

Loading

goodmoneyID– Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Anung Herlianto mencatat bahwa pangsa pasar bank BUKU 1 dan BUKU 2 cenderung menurun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Berdasarkan data OJK, Anung mengatakan bahwa 77 bank dari total 110 bank yang beroperasi di Indonesia merupakan bank BUKU 1 dan BUKU 2. Namun mereka hanya memiliki pangsa pasar dari sisi total aset sebesar 13%, sementara pangsa pasar bank buku 3 (26 bank) sekitar 30,44% dan bank buku 4 (7 bank) menguasai dengan pangsa pasar 58,24%.

“Kemudian untuk Kredit dan DPK (Dana Pihak Ketiga) sama porsinya. Struktur industri bank yang 110 bank dikuasai sejumlah kecil bank dengan market share besar,” ujar Anung saat menghadiri acara diskusi secara daring, di Jakarta, Kamis (9/7).

Pangsa pasar bank BUKU 1 dan 2 baik dari sisi DPK, Kredit, maupun total aset mengalami penurunan. Di mana saat ini angka tersebut bisa sepertiga dan bahkan setengah dari 5 tahun silam.

Secara rinci, pangsa pasar DPK bank BUKU 1 dan 2 telah turun dari total 22,43% di tahun 2014 ke 11,63% pada tahun 2019. Sementara pangsa pasar kredit bank BUKU 1 dan 2 mengalami penurunan dari 24,27% di 2014 ke 11,03% di 2019. Lalu pangsa pasar total aset bank BUKU 1 dan 2 turun dari 24,48% di 2014 menjadi 11,70% di 2019.

“Ini karena masalah skala ekonomi, BOPO (BUKU 1 dan 2) relatif tinggi dan NPL meningkat. Sementara pertumbuhannya rendah dan volume rendah begini,” imbuhnya.

Ini terjadi karena terdapat minim kompetisi dan memiliki struktur oligopolistik, dengan hanya sebagian kecil pemain yang menguasai mayoritas pangsa pasar agar. Pasalnya, jika terdapat kompetisi ketat di sektor keuangan, maka hal tersebut akan menaikkan biaya ekonomi.

“Persaingan sektor keuangan diikuti persaingan suku bunga. Kalau pengen DPK besar, itu dengan menaikkan service. Kalau enggak dapat servicenya, nasabah cari price. Ketika suku bunga besar di lending ada excessive risk taking behaviour dari perbankan yang membuat ekonomi tidak efisien dan resikonya semakin besar,” jelasnya.

Anung menambahkan OJK tetap concern terhadap kondisi bank-bank kecil. Oleh karena itu, pihaknya telah mendorong usulan kepada Bank-Bank tersebut untuk segera berkonsolidasi atau mencari investor dengan kekuatan permodalan memadai, agar dapat mendukung pertumbuhan Bank tersebut.