PEFINDO: Semester I 2020, Pertumbuhan Surat Utang Korporasi Melambat

Loading

goodmoneyID –  PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) setelah melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) kemarin, dan menyusun kembali jajaran pimpinan direksi dan komisaris, hari ini Jumat (10/9) melakukan pemaparan Perkembangan Obligasi  Korporasi Semester I tahun 2020.

Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra, mengatakan banyak sekali perubahan yang terjadi tahun ini. Terutama karena pandemi, yang berpengaruh kepada penerbitan obligasi korporasi dan peringkat utang.

“Hingga semester I 2020, pertumbuhan surat utang korporasi masih cenderung melambat. Hal ini terlihat dari penerbitan surat utang listed, baru mencapai sebesar Rp29,28 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp53,32 triliun,” terang Salyadi, dalam video conference, Jumat (10/9).

Secara total, surat Utang Korporasi pada Kuartal I 2020 sebesar Rp460,23 triliun, menurun dibanding tahun lalu di periode yang sama sebesar Rp474,46 triliun.

Sementara itu, outstanding sekuritisasi sedikit meningkat. Hal ini terdorong penerbitan baru sekuritisasi hingga semester I 2020 mencapai Rp1,13 triliun. Salyadi juga mengatakan emiten semester pertama ada penambahan.

“Dari segi jumlah emiten memang ada penambahan yaitu dari 132 menjadi 135. Tapi kalau dari jumlah penerbit obligasi korporasi mengalami sedikit penurunan, seiring melambatnya pertumbuhan surat utang korporasi akibat dampak wabah Covid-19,” imbuhnya.

Adapun pada 2019, ada 59 entitas yang menerbitkan obligasi korporasi, sementara I 2020 hanya 27 entitas yg menerbitkan obligasi korporasi. Dimana Perbankan dan Multifinance masih mendominasi  sebagai jumlah emiten.

“Penerbitan surat utang korporasi masih didominasi oleh perusahaan dari sektor perusahaan Multifinance dan Lembaga keuangan khusus,” kata Salyadi.

Adapun porsi penerbitan surat utang korporasi menurut industrinya pada Semester I 2020, antara lain Lembaga keuangan khusus sebesar 13,3%, Multifinance 13,4%, Perbankan 12,3%, pertambnagan 7%, properti 1,7%, industri pembiayaan 4,7%, telekomunikasi 4,8% dan Lainya 40,8%.

Untuk Investor pada pasar obligasi korporasi, Reksa Dana, Perbankan, Asuransi, dan Dana Pensiun, merupakan investor utama di pasar obligasi korporasi dengan porsi yang cukup besar.

Porsi investor asing di obligasi korporasi masih jauh lebih rendah bila dibandingkan di saham dan obligasi negara, yakni hanya sekitar 7,2%. Sementara 92,8% berasal dari lokal.

“Perlu pendalaman dan pengembangan pasar lebih lanjut sehingga transaksi di pasar obligasi korporasi menjadi lebih aktif, terutama dari sisi likuiditas.” pungkas Salyadi.