Anggoro Eko Cahyo Ditunjuk Jadi Direktur Utama Bank BSI, Simak Rekam Jejak dan Profil Lengkapnya!

Loading

BSI Umumkan Susunan Pengurus Baru, Anggoro Eko Cahyo Ditunjuk Sebagai Direktur Utama

Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi mengumumkan perubahan susunan pengurus dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Jumat, 16 Mei 2025. Dalam rapat tersebut, BSI menetapkan jajaran baru Direksi dan Dewan Komisaris yang akan memimpin perusahaan ke depan.

Salah satu keputusan penting dari RUPST ini adalah penunjukan Anggoro Eko Cahyo sebagai Direktur Utama BSI. Sebelumnya, Anggoro dikenal sebagai Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Pengalamannya yang luas di dunia keuangan dan kepemimpinan di institusi besar menjadi pertimbangan penting dalam pemilihannya untuk menakhodai BSI.

Wakil Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, menyampaikan bahwa keputusan pemegang saham ini diharapkan dapat memperkuat struktur kepengurusan perusahaan serta mendorong pencapaian kinerja yang lebih berkelanjutan.

“Kami yakin keputusan ini akan membuat pengurus perseroan semakin solid dan mampu membawa BSI untuk bersaing di tingkat global,” ujar Bob dalam pernyataan resminya.

Penunjukan Anggoro Eko Cahyo sebagai Direktur Utama mencerminkan komitmen BSI dalam menghadirkan kepemimpinan yang profesional, berpengalaman, dan visioner, guna memperkuat posisi BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia yang mampu bersaing dalam skala internasional.

Jejak Karier Anggoro Eko Cahyo Sebelum Pimpin BSI

Sebelum dipercaya menjadi Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Anggoro Eko Cahyo telah meniti karier panjang di dunia perbankan nasional. Berdasarkan informasi dari akun LinkedIn pribadinya, Anggoro memulai perjalanan profesionalnya pada tahun 1994 sebagai Asisten Manajer Marketing Officer di PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI.

Kariernya terus menanjak di bank pelat merah tersebut. Pada Agustus 2011 hingga Juni 2012, ia menjabat sebagai General Manager Network and Services Division, posisi strategis yang mengelola jaringan dan layanan perbankan BNI secara nasional.

Tak berhenti di situ, Anggoro kemudian dipercaya memimpin General Manager Human Capital Division pada periode 2012 hingga 2015. Dalam jabatan ini, ia bertanggung jawab terhadap pengelolaan sumber daya manusia yang menjadi fondasi utama dalam pengembangan organisasi.

Prestasinya membawa Anggoro ke posisi lebih tinggi. Pada Maret 2015, ia diangkat menjadi Managing Director of Consumer Business BNI. Ia memegang posisi tersebut hingga Maret 2018, memimpin strategi bisnis ritel dan layanan konsumen. Kemudian, pada Maret 2018 hingga 2020, Anggoro menjabat sebagai Chief Financial Officer (CFO), peran yang sangat krusial dalam menjaga kesehatan keuangan perusahaan.

Dengan latar belakang yang kuat di berbagai bidang strategis—mulai dari pemasaran, jaringan layanan, pengelolaan SDM, hingga keuangan—Anggoro dinilai sebagai sosok yang tepat untuk memimpin BSI menuju arah yang lebih kompetitif dan berdaya saing global.

Transparansi Kekayaan: Laporan LHKPN Anggoro

Sebagai pejabat publik, Anggoro secara konsisten melaporkan harta kekayaannya melalui Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dapat diakses melalui laman resmi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Laporan pertamanya tercatat pada tahun 2010 saat ia menjabat sebagai Pemimpin Kantor Wilayah BNI Jakarta Kota, dengan total kekayaan sebesar Rp 1,8 miliar.

Seiring peningkatan posisinya, kekayaan Anggoro juga terus bertambah. Ketika menjadi Direktur Konsumer Banking BNI pada akhir 2017, hartanya melonjak menjadi lebih dari Rp 23,8 miliar. Pada akhir 2019, saat menduduki jabatan Wakil Direktur Utama BNI, kekayaannya tercatat sebesar Rp 44,08 miliar.

Selama menjabat sebagai Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, ia melaporkan kekayaannya sebanyak empat kali, dengan jumlah yang terus meningkat setiap tahunnya. Laporan terakhir yang disampaikan pada 26 Maret 2025 mencatat total kekayaan mencapai Rp 65,78 miliar.

Rinciannya adalah sebagai berikut:

  • Tanah dan bangunan: Rp 33,21 miliar

  • Alat transportasi dan mesin: Rp 1,35 miliar

  • Harta bergerak lainnya: Rp 911 juta

  • Surat berharga: Rp 11,97 miliar

  • Kas dan setara kas: Rp 12,97 miliar

  • Harta lainnya: Rp 8,21 miliar

  • Utang: Rp 2,85 miliar

Dalam laporannya, Anggoro mengklaim kepemilikan atas sembilan bidang tanah dan bangunan yang tersebar di berbagai wilayah, termasuk Jakarta Selatan, Tangerang, Bogor, Bandung, Sumedang, hingga Denpasar. Total luas properti miliknya bervariasi, dari yang terkecil 34 meter persegi hingga yang terbesar 42.197 meter persegi.

Tak hanya itu, ia juga tercatat memiliki empat unit kendaraan bermotor yang diperoleh dari hasil sendiri, yaitu:

  • Mitsubishi Delica 2.0L Royal tahun 2016 (Rp 109 juta)

  • Porsche Cayenne Hybrid tahun 2011 (Rp 620 juta)

  • Suzuki Jimny 6G5VX 4×4 M/T Jeep tahun 2020 (Rp 325 juta)

  • Mini Cooper tahun 2011 (Rp 300 juta)

 

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x