Bank Dunia Prediksi Ekonomi Indonesia Tahun Ini Minus 2%

Loading

goodmoneyID – Bank Dunia mempublikasikan East Asia and Pacific Economic Update, Oktober 2020 bertema “From Containment to Recovery”. Menggambarkan kondisi perekonomian terkini negara-negara di kawasan Asia bagian Timur dan Pasifik, termasuk outlook kinerja ekonomi Indonesia.

Dalam publikasinya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 akan berada pada kisaran minus 2,0% hingga minus 1,6% secara year on year (yoy), yang merupakan pertumbuhan negatif pertama kali dalam dua dekade terakhir. Publikasi ini sekaligus merevisi perkiraan Bank Dunia sebelumnya (pada Bulan Juni 2020) sebesar 0,0%.

“Secara umum, outlook Bank Dunia ini masih sejalan dengan asesmen Pemerintah terkini yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam rentang minus 1,7% dan minus 0,6%”, jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.

Di samping World Bank, beberapa institusi internasional lainnya juga telah menyampaikan outlook perekonomian Indonesia 2020 terkini. Antara lain, Bank Pembangunan Asia (ADB) dengan perkirakan minus 1,0% dan OECD memprediksi minus 3,3%.

Bank Dunia menilai berbagai faktor akibat eskalasi pandemi Covid-19, seperti pembatasan mobilitas, peningkatan risiko kesehatan, dan pelemahan ekonomi global telah memberikan tekanan terhadap permintaan domestik, baik aktivitas konsumsi maupun investasi.

Di sisi lain, kondisi permintaan domestik yang masih relatif lemah tersebut menahan indikator makro lainnya tetap terjaga, yakni inflasi sebesar 2,1% dan defisit neraca transaksi berjalan sekitar 1,3% terhadap PDB.

Di tahun 2021-2022, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia akan melalui proses pemulihan, meskipun masih dibayangi risiko dan tantangan terkait keberhasilan penanganan pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi di tahun 2021 diprediksi berada dalam rentang 3,0% sampai 4,4%, serta pada tahun 2022 sebesar 5,1%.

Perkiraan tersebut mempertimbangkan adanya dampak baseline yang rendah, serta adanya penurunan potensi pertumbuhan minus 0,6 poin persentase (percentage point), dibandingkan kondisi sebelum pandemi, konsekuensi dari investasi dan produktivitas yang lebih rendah.