goodmoneyID – PT Bank Jago mengajak mahasiswa Universitas Brawijaya untuk membangun ketahanan finansial. Consumer Business Community Manager Bank Jago Edo Velandika memaparkan soal ketahanan finansial mulai dari kemampuan mengelola keuangan secara bijak, memiliki dana darurat, serta menyiapkan perlindungan dari risiko keuangan tak terduga.
Saat ini membangun ketahanan finansial menjadi kebutuhan mendesak, bukan sekadar pilihan. Katanya, ketidakpastian ekonomi bukan hanya isu global, terutama bagi generasi muda, melainkan tantangan yang semakin nyata untuk disikapi secara bijak.
“Financial resilience bukan hanya berapa jumlah uang yang kamu punya, tetapi soal perilaku keuangan yang sehat dan strategi jangka panjang. Dan ini tidak bisa dibentuk hanya dalam semalam, tapi dibangun melalui kebiasaan mengelola uang secara konsisten dan terukur,” kata Dika sapaan akrabnya dalam acara Jagoan Kampus x AIESEC Impact Circle #InvestinYourSelf di Universitas Brawijaya, Kota Malang, Jumat, 30 Mei 2025.
Dia menjelaskan sejumlah masalah keuangan anak muda, yakni bermula dari gaya hidup konsumtif yang tak diimbangi dengan kemampuan mengelola uang secara bijak. Untuk itu, penting bagi anak muda untuk meningkatkan literasi keuangan untuk mewujudkan kesehatan finansial.
“Yang kita butuhkan sekarang bukan cuma penghasilan yang besar, tapi juga kemampuan untuk bertahan saat kondisi ekonomi berubah. Dan itu dimulai dari kebiasaan kecil yang sehat secara finansial,” uajr Dika.
Dika memperkenalkan konsep membangun ketahanan finansial, yang dia sebut 3F yakni Fix, Fun, dan Future. Fix adalah alokasi sekitar 50 persen dari penghasilan untuk kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi setiap bulan seperti makan, sewa, transportasi, dan cicilan. Fun mencakup pengeluaran untuk kesenangan pribadi, seperti hiburan, hobi, atau liburan. Dika menyarankan agar anggaran ini tidak melebihi 30 persen.
Future adalah yang paling krusial dalam konteks ketahanan finansial, yakni denganmenyediakan alokasi dana untuk masa depan seperti dana darurat, tabungan jangka panjang, dan investasi. Ini sebaiknya minimal 20 persen dari total penghasilan.
“Tanpa dana cadangan atau rencana masa depan, kita akan sangat rentan ketika kondisi ekonomi memburuk,” tutur Dika.
Dika menyebut Bank Jago yang berbasis teknologi mendorong gaya hidup keuangan yang sehat dengan memperkenalkan fitur-fitur pengelolaan keuangan di Aplikasi Jago dan Jago Syariah. Contohnya fitur Kantong, pengguna Jago App bisa memisahkan dana mereka ke dalam pos-pos keuangan yang dapat dikreasikan dan disesuaikan hingga 60 kantong khusus dengan nomor rekening berbeda.
“Inovasi ini merupakan komitmen Bank Jago dalam meningkatkan kesempatan tumbuh berjuta orang melalui solusi keuangan digital yang sesuai dengan kebutuhan hidup. Jangan karena FOMO (fear of missing out), lalu asal ikut-ikutan investasi. Pelajari dulu dasarnya, kenali risikonya. Karena ketahanan finansial itu dibangun di atas pemahaman, bukan spekulasi,” tutur Dika.
Sebagai bagian dari penguatan ekosistem finansial digital, Bank Jago juga menggandeng platform investasi seperti Bibit dan Stockbit agar pengguna bisa mulai berinvestasi dengan cara yang aman, mudah, dan terintegrasi. “Dalam era yang tak menentu, membangun financial resilience bukan hanya tentang bertahan, tapi juga tentang merancang masa depan yang mandiri dan berkelanjutan. Dan itu bisa dimulai dari sekarang, dari kamu,” tutup Dika.