KADIN: Ini 5 Tantangan Permanen Pasca Covid-19 Bagi Dunia Industri

Loading

goodmoneyID – Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Hubungan Internasional, Shinta W. Kamdani mengatakan, hampir tiga tahun terakhir ekonomi dan daya saing Indonesia di pasar global digempur berbagai tantangan. Mulai dari penurunan harga komoditas, perang dagang, hingga currency shock.

Namun, menurutnya Covid-19 membawa tantangan yang jauh lebih besar dan lebih permanen terhadap ekonomi dunia dan ekonomi nasional.

“Lebih dari sekedar pelebaran defisit, penyusutan pertumbuhan ekonomi, penyusutan aktifitas perdagangan dan investasi pada dua kuartal terakhir yang mengancam Indonesia masuk ke dalam kondisi technical recession. Krisis Covid-19 membawa perubahan yang bersifat mendalam yang memaksa kita merevisi cara kita berinteraksi, cara kita bekerja dan cara kita hidup. Transformasi ekonomi global yang dipicu 3 tahun lalu dengan perang dagang menjadi jauh lebih kompleks, lebih terakselerasi dan semakin tidak dapat dihindari di era pasca pandemic,” papar Shinta dalam keterangannya, Kamis (10/9).

Shinta mengungkapkan, setidaknya ada 5 tantangan baru yang bersifat permanen dan menetap pada pasca pandemi yang dimunculkan oleh krisis Covid-19. Pertama, perubahan pola global supply chain menjadi lebih terdiversifikasi dan ter-regionalisasi untuk menjamin tidak hanya efisiensi, tetapi juga supply stability dan supply reliability.

Kedua, peningkatan urgensi dan akselerasi terhadap adopsi teknologi pada berbagai aspek kegiatan usaha dan ekonomi untuk menjamin kelangsungan dan pertumbuhan usaha.

Ketiga, mencuatnya concern terhadap isu kesehatan yang meningkatkan kompleksitas perang dagang, perang supremasi teknologi inovasi hingga kondisi de-globalisasi.

Keempat, perubahan pola konsumsi global dengan munculnya generasi milenial dan generasi digital native yang sadar memiliki daya beli lebih rendah dan kurang peduli terhadap ownership, tetapi sensitif terhadap isu climate crisis dan sustainability sebagai generasi konsumen baru.

Kelima, perluasan mandat sosial masyarakat kepada peran pemerintah sebagai penyedia dan penjamin tersedianya barang dan jasa bagi masyarakat.

“Kelima tantangan itu bisa menjadi peluang tetapi juga menjadi boomerang bagi Indonesia, tergantung pada daya saing kita diantara negara-negara lain di dunia, khususnya dari segi efisiensi, produktifitas, dan kontektifitas,” jelas Shinta.

Tantangan-tantangan tersebut juga dapat menjadi kesempatan bagi Indonesia dan pelaku usaha Indonesia untuk bertransformasi untuk menjadi jauh lebih baik dari pada sebelum krisis. Dalam kondisi penuh tantangan ini, pelaku usaha Indonesia diharapkan menjadi lebih agresif, proaktif, dan cerdik dalam bertransformasi sambil memanfaatkan kerjasama internasional Indonesia dengan negara mitra.

“Kita harapkan kita juga dapat mempertahankan kegiatan perdagangan Indonesia dan investasi dari negara-negara mitra yang terhimpit krisis ekonomi karena Covid-19, ikut dalam menciptakan multiplier effect kerjasama ekonomi internasional dengan melibatkan UMKM Indonesia dalam perdagangan internasional secara langsung maupun tidak langsung. Mendiversifikasi produk ekspor dan negara tujuan ekspor nasional secara lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja ekspor Indonesia secara agregat. Serta menciptakan quick wins kerjasama bilateral dan regional yang konkrit dan efektif, khususnya untuk menurunkan hambatan ekspor nasional, meningkatkan investasi ke Indonesia, serta meminimalisir inefisiensi logistik dan supply chain antara Indonesia dengan negara mitra,” pungkas Shinta.